Sementara itu, Direktur RSUD dr Soekardjo, dr H Budi Tirmadi, menjelaskan bahwa kondisi Rizky sudah sangat mengkhawatirkan ketika pertama kali tiba di rumah sakit.
“Ini sudah 20 hari sejak kejadian, dan tangan kirinya mengalami kematian jaringan. Jika dibiarkan, infeksi bisa menjalar ke bagian tubuh lain. Oleh karena itu, tindakan amputasi harus segera dilakukan hari ini,” tegasnya.
Budi juga menyoroti bahwa orang tua Rizky sempat melakukan pengobatan alternatif sebelum akhirnya membawa anaknya ke rumah sakit. Ia menilai bahwa hal ini menjadi salah satu kasus yang menunjukkan pentingnya pemahaman masyarakat tentang penanganan medis bagi anak.
Baca Juga:Jenazah Warga Kota Tasikmalaya yang Tenggelam di Perairan Ketapang Akhirnya DimakamkanVandalisme "Radar Jangan Bungkam" Hiasi Pemandangan di Seberang Kantor Radar Tasikmalaya Grup
“Orang tuanya awalnya memilih pengobatan alternatif seperti pemijatan dan pembebatan dengan perban elastis, padahal kondisi tangannya sudah semakin memburuk. Ini jadi pelajaran bahwa ketika ada peristiwa yang terjadi pada anak, harus segera ditangani secara medis agar tidak berakibat fatal,” jelasnya.
Budi mengingatkan bahwa keterlambatan penanganan medis akibat kepercayaan pada metode alternatif sering kali memperparah kondisi pasien.
“Kami harap ke depan masyarakat lebih bijak dan segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika terjadi cedera atau masalah kesehatan lainnya. Jangan sampai keterlambatan seperti ini terulang dan berakibat lebih buruk,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Bidang I Pembentukan Karakter Keluarga TP PKK Kota Tasikmalaya, Rani Permayani Diky Chandra juga menjenguk Rizki dan keluarga di RSUD dr Soekardjo. Ia menenangkan orang tua Rizky agar merelakan tangan anaknya dioperasi. Tidak lain untuk mencegah kerusakan sel yang lebih parah.
Dari cerita keluarga, Rani baru mengetahui bahwa awalnya Rizky hanya cedera ringan. Namun setelah mengalami pemijatan dan dibalut perban beberapa hari kondisinya malah memburuk.
“Rizky kemudian dibawa ke rumah sakit, dan dokter menyarankan amputasi. Namun, orang tuanya sempat menolak karena tidak tega dan khawatir anaknya akan mengalami perundungan,” ujar Rani saat ditemui di RSUD dr, Soekardjo, Rabu (26/3/2025). (Ayu Sabrina)