Dia mengakui soal adanya surat undangan silaturahmi dari pengelola kafe baru tersebut. Namun dia bersama warga tetap berasumsi bahwa kafe itu masih dikelola pemilik lama. “Saya tidak buka, tidak baca sama sekali (surat undangan),” katanya.
Setelah berkomunikasi dengan pemiliknya, dia pun menyadari ada kesalahpahaman. Karena ada informasi yang tidak utuh kepadanya akhir-akhir ini.
Setelah pemilik kafe De Fato berkomitmen tidak memfasilitasi penjualan miras dan menggunakan pengeras suara yang sewajarnya, dia pun tak masalah. Karena warga pun pada dasarnya tidak anti terhadap pengusaha yang membuka usahanya di lingkungan mereka. “Ya alhamdulillah ada pengusaha masuk sini, minimal akan ada kontribusi buat warga,” ucapnya.(rangga jatnika)