RADARTASIK.ID– Dunia perfilman Indonesia kembali menghadirkan kisah yang mengharukan melalui Rumah untuk Alie, sebuah film yang diadaptasi dari novel best seller karya Lenn Liu.
Nama Lenn Liu sudah tidak asing bagi para pecinta novel Indonesia. Sebagai penulis berbakat, ia telah melahirkan berbagai karya yang menggugah emosi, termasuk Rumah untuk Alie dan Rumah Tanpa Cahaya.
Popularitasnya semakin meroket setelah ia membagikan cuplikan-cuplikan karyanya di media sosial, terutama di TikTok.
Baca Juga:Wali Cari Berkah: Syiar dan Syair Ramadan GTV, Hadirkan Nabila Taqiyyah, Budi Doremi hingga Novia BachmidDuo Hijaber Salma Salsabil dan Nabila Taqiyyah Siap Ramaikan Event Ramadhan Jazz Festival 2025
Dengan jumlah pengikut mencapai 418.9 ribu di TikTok, 41.3 ribu di Instagram, dan 20.6 ribu di X, karyanya semakin dikenal luas.
Berkat unggahan-unggahan viralnya, novel Rumah untuk Alie berhasil menarik perhatian banyak orang, sehingga adaptasi filmnya menjadi salah satu yang paling dinantikan.
Film bergenre drama keluarga ini diproduksi oleh Falcon Pictures dengan Frederica sebagai produser, disutradarai oleh Herwin Novianto, dan naskahnya ditulis oleh Lottati Mulyani.
Film Rumah untuk Alie diperankan oleh sederet aktor dan aktris berbakat yaitu Anantya Kirana didapuk sebagai pemeran utama, memerankan karakter Alie Ishala Samantha.
Selain itu, film ini juga dibintangi oleh Rizky Hanggono, Tika Bravani, Dito Darmawan, Rafly Altama Putra, Andryan Didi, Faris Fadjar Munggaran, Sheila Kusnadi, dan Ully Triani.
Dengan deretan pemeran yang kuat, film ini diharapkan mampu membawa kisah Alie ke dalam dimensi yang lebih mendalam dan emosional.
Sinopsis Rumah untuk Alie
Alie (Anantya Kirana) adalah anak bungsu dari lima bersaudara dan satu-satunya perempuan dalam keluarganya.
Baca Juga:Sinopsis Pabrik Gula: Film Horor, dengan Sajian Teror Mencekam di Pabrik TuaSinopsis Film Komang: Kisah Cinta Raim Laode yang Difilmkan ke Layar Lebar
Seharusnya, ia mendapatkan kasih sayang, namun justru mengalami penolakan akibat tragedi yang menimpa keluarganya.
Di usia 16 tahun, ia harus menanggung tuduhan berat sebagai penyebab kematian sang ibu, Bunda Gianla, yang terjadi lima tahun sebelumnya.
Sejak saat itu, Alie dijuluki sebagai “pembunuh” oleh ayah dan saudara-saudaranya.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru berubah menjadi tempat penuh penderitaan bagi Alie.
Ia mengalami perundungan secara fisik dan mental dari orang-orang yang seharusnya melindunginya.
Luka-luka di tubuhnya mungkin bisa sembuh, tetapi luka di hatinya akibat cacian dan makian dari keluarganya semakin dalam.