Warga Tasikmalaya Ngaku Jadi Korban Perdagangan Orang di Myanmar, Bingung Tak Bisa Pulang

perdagangan orang
ilustrasi: Artificial Intelligence (AI)
0 Komentar

SR mengaku seorang janda. Ia nekad mencari pekerjaan ke luar negeri dengan maksud mencari nafkah untuk keluarga. Terkhusus anaknya. Sehingga setelah sampai di tempat kerja, dia tidak berani jujur kepada keluarganya mengenai kondisinya saat ini. “Keluarga tidak tahu bahwa abi teh salah satu dari korban (perdagangan orang, red). Sok nelepon keluarga teh, kumaha aman? Aman da apal mereun urang teh saling nenangkeun (suka nelpon keluarga juga nanya kabar, aman? Amanlah, karena kita juga ingin saling menenangkan, red),” jelasnya.

Sambil terisak ia mengatakan bahwa dirinya merasa tertipu lantaran ia tidak bekerja di Thailand, tetapi di Myanmar. Selain itu jenis pekerjaannya juga diluar dugaan. Dan gajinya tidak sebesar yang ditawarkan pada awal ia akan berangkat. Gajinya hanya sekitar 5000 Bahat atau sekitar Rp 2 jutaan saja.

Apalagi pekerjaannya, membuat dia merasa sangat tertipu lantaran dipaksa mengedit wajah orang untuk praktik penipuan online dengan modus “love scamming” atau kencan palsu lewat sosial media. Selain dirinya masih ada satu korban lain asal Tasik. Ia berusia 22 tahun, jenis kelamin laki-laki.

Baca Juga:Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya Beri Pesan Mendalam bagi Cecep Nurul Yakin!Wacana Alih Anggaran Mobil Dinas Wali Kota Tasikmalaya Viman Alfarizi untuk Truk Sampah Masih Diragukan

Setibanya di perusahaan, ia mengaku diajari dan dilatih mengedit wajah menggunakan kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI) untuk akun palsu yang nantinya akan digunakan untuk memancing calon korban.

“Abi didieu sebagai editor, jadi bagean ngeditna lah (Saya di sini sebagai editor, tugasnya ngedit lah, red),” tuturnya.

Dia sendiri mengaku sudah pernah mendengar dari sesama pekerja asal Indonesia bahwa mereka telah laporan ke KBRI dan akan dipulangkan. Pada akhirnya, beberapa temannya yang dinyatakan sudah habis kontrak memang dipulangkan. Akan tetapi ia dan 10 orang lainnya mengaku disembunyikan oleh pihak perusahaan dengan alasan masih sukarela bekerja.

“Abi teh dengar berita bahwa ada beberapa orang yang masih ingin bekerja secara sukarela. Abi teh reuwas padahal mah kita teh pengen pulang, tapi kita teh bingung (saya dengar berita bahwa ada beberapa orang yang ingin bekerja secara sukarela. Saya tuh kaget. Padahal kita tuh pengen pulang, tapi kita bingung, red),” jelasnya.

0 Komentar