RADARTASIK.ID – Pasar kripto kembali mengalami tekanan jual yang signifikan pada Senin pagi, 10 Maret 2025, dengan Bitcoin (BTC) terperosok hingga mencapai batas psikologis $80.000.
Tren penurunan harga Bitcoin hari ini memunculkan kekhawatiran akan potensi pengujian kembali level terendah tahun 2025 di kisaran $78.000.
CoinDesk mencatat, pada Minggu pukul 19.00 ET (Senin pukul 06.00 WIB), harga Bitcoin tercatat mengalami penurunan 7% dalam kurun waktu 24 jam, turun ke level $80.000 sebelum sedikit pulih ke $80.700.
Baca Juga:Vivo X200 vs Kamera Pro: Smartphone Bisa Saingi Kamera Profesional?Ini Dia HP Vivo Harga 1 Jutaan yang Punya Sertifikasi Militer, Masih Worth It Dibeli Tahun 2025
Tren serupa juga dialami oleh Ether (ETH), Solana (SOL), dan XRP (XRP), yang menunjukkan pelemahan dalam perdagangan.
Sementara itu, Cardano (ADA) dan Dogecoin (DOGE) mengalami koreksi lebih dalam, dengan penurunan mendekati 12%.
Di tengah gejolak pasar, pernyataan dari Presiden AS Donald Trump dalam wawancaranya dengan Fox News turut menjadi sorotan.
Saat membahas dampak dari kebijakan tarif dan pemotongan anggaran, Trump mengungkapkan bahwa akan ada beberapa gangguan dalam perjalanan ekonomi.
Ia menyoroti perbedaan perspektif antara China, yang berpikir dalam jangka waktu 100 tahun, dengan kebiasaan berpikir jangka pendek di AS.
Menurutnya, kebijakan yang diterapkan saat ini bertujuan untuk membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat di masa mendatang.
Pernyataan Trump ini menuai berbagai reaksi, dengan beberapa pihak di media sosial menyebutnya sebagai ”Volckering”.
Baca Juga:HP Murah Tapi Bisa Gaming? Ini Performa Gaming Itel A50 yang Bikin Penasaran!Lupakan HP 3 Jutaan! Infinix Hot 50i Harga 1 Jutaan Fiturnya Sadis!
Istilah tersebut merujuk pada langkah yang diambil mantan Ketua Federal Reserve, Paul Volcker, yang pada 1979 melakukan kebijakan moneter ketat guna menghentikan inflasi berkepanjangan.
Kala itu, Volcker menaikkan suku bunga jangka pendek ke tingkat yang sangat tinggi, meskipun langkah tersebut diperkirakan akan membawa resesi bagi ekonomi AS.
Kebijakan ini berlangsung selama 18 bulan dan menyebabkan suku bunga The Fed melonjak hingga 20%, mengakibatkan kontraksi ekonomi yang tajam sebelum akhirnya berhasil menekan inflasi dan membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi di dekade berikutnya.
Di sisi lain, sentimen negatif juga tercermin pada pasar saham AS, dengan indeks berjangka menunjukkan pelemahan sekitar 0,85% pada awal perdagangan Minggu malam waktu AS (Senin pagi WIB).
Tekanan jual ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan ekonomi serta dampak yang lebih luas terhadap pasar finansial global. (*)