RADARTASIK.ID – Media Prancis Foot Mercato melaporkan bahwa AC Milan tengah dilanda perpecahan internal yang semakin dalam.
Persaingan antara Zlatan Ibrahimović dan Giorgio Furlani dalam menentukan arah klub diyakini sebagai salah satu penyebab utama keterpurukan Rossoneri musim ini.
Tiga kekalahan beruntun di Serie A, hanya satu kemenangan dalam lima laga terakhir, dan tersingkir secara memalukan dari Liga Champions menjadi bukti nyata krisis yang melanda AC Milan di bawah Sérgio Conceição.
Baca Juga:Sabatini: Kemenangan Inter di Kandang Feyenoord Menyakiti Fans AC MilanLuis Enrique Kecewa Berat PSG Ditumbangkan Liverpool: "Ini Sangat Tidak Adil"
Kekalahan dramatis di menit 90+9 dari Lazio memperparah situasi, sementara para suporter semakin vokal dalam menunjukkan ketidakpuasan mereka.
Spanduk protes seperti “Cardinale, kamu harus menjual, pergi saja!” serta teriakan yang menggema di San Siro menggambarkan suasana yang tidak kondusif.
Pelatih asal Portugal itu pun tak bisa menyembunyikan rasa frustrasinya usai Milan ditumbangkan secara dramatis oleh Lazio di San Siro.
“Mengundurkan diri? Saya hanya fokus ke pertandingan berikutnya melawan Lecce. Saya tidak memikirkan hal lain. Yang paling penting adalah Milan, bukan saya. Saya terbiasa menang, dan hasil buruk ini menyakitkan,” ungkap Conceição.
Selain performa buruk di lapangan, ketegangan juga terjadi di level manajemen.
Ibrahimović, yang menjabat sebagai penasihat olahraga, dan Giorgio Furlani, CEO klub, dikabarkan berselisih mengenai arah kebijakan tim.
Salah satu isu utama perselisihan mereka adalah penunjukan direktur olahraga (DS) baru.
Baca Juga:Resmi! Mantan Pelatih AC Milan Diskors 9 Bulan karena Ingin Menanduk WasitJadi Pahlawan Kemenangan Liverpool di Kandang PSG, Alisson Becker: Itu Mungkin Penampilan Terbaik Saya
Furlani dikabarkan lebih memilih Fabio Paratici, sementara Ibrahimović menjalin komunikasi dengan Igli Tare, mantan direktur Lazio yang juga merupakan temannya.
Situasi ini semakin memperburuk posisi Zlatan di dalam klub. Beberapa pihak di manajemen menuduhnya terlalu pasif dalam menangani krisis, sementara yang lain merasa ia justru terlalu mencampuri urusan yang bukan wewenangnya.
Penampilannya di acara publik seperti Festival San Remo dan Grand Prix Formula 1 pun dikritik, dianggap tidak sesuai dengan tanggung jawabnya di klub.
Di tengah konflik ini, Geoffrey Moncada dan François Modesto berusaha menengahi, namun perpecahan internal tetap terlihat jelas.