RADARTASIK.ID – Dolar AS mengalami penurunan signifikan hingga mencapai level terendah dalam tiga bulan terakhir, dipicu oleh eskalasi perang dagang antara AS dan negara-negara mitranya, pada Rabu, 5 Maret 2025.
Sementara itu, di Eropa, kebijakan fiskal baru yang diterapkan oleh pemerintah Jerman berkontribusi pada perubahan besar dalam pasar obligasi negara tersebut, yang tercatat sebagai penurunan terbesar sejak akhir tahun 1990-an.
Diberitakan Reuters, salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan dolar adalah ketegangan dalam perdagangan internasional.
Baca Juga:Pertarungan Miliarder, Elon Musk Gagal Hentikan Rencana OpenAI Menjadi Perusahaan LabaApple MacBook Air Terbaru Hadirkan Chip M4 dan AI Canggih dengan Harga Lebih Terjangkau
Perang dagang yang semakin sengit memengaruhi pasar global, dengan tarif yang diberlakukan oleh AS terhadap mitra-mitranya.
Di sisi lain, euro mengalami penguatan yang signifikan, mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Hal ini terjadi seiring dengan peningkatan sentimen positif terhadap saham Eropa yang melonjak tajam.
Salah satu sektor yang paling diuntungkan adalah sektor obligasi Jerman, yang mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari 25 tahun.
Obligasi pemerintah Jerman dengan tenor panjang, terutama yang berusia 30 tahun, tercatat mengalami lonjakan imbal hasil yang signifikan, yang mencerminkan reaksi pasar terhadap kebijakan fiskal yang baru diumumkan oleh pemerintah Jerman.
Kebijakan Fiskal Jerman
Pada malam sebelumnya, partai-partai politik di Jerman sepakat untuk mendirikan dana infrastruktur sebesar 500 miliar euro.
Langkah ini disertai dengan perubahan besar dalam kebijakan utang negara, yang bagi banyak ekonom dianggap sebagai langkah ”bazooka besar”.
Baca Juga:Ether Hampir Terkena Likuidasi Besar, Waspadai Level-Level Kritis BerikutMengapa Cadangan Kripto AS Bisa Merusak Masa Depan Bitcoin? Ini 8 Alasan yang Wajib Diketahui
Para ahli ekonomi dan analis pasar menyatakan bahwa kebijakan ini dapat diibaratkan sebagai salah satu perubahan terbesar dalam kebijakan fiskal Jerman sejak pasca-perang dunia kedua.
Bahkan, beberapa menganggap langkah ini sebagai rival utama perubahan besar yang terjadi saat reunifikasi Jerman 35 tahun lalu.
Pergeseran kebijakan fiskal ini mengharuskan analis untuk meninjau kembali seluruh proyeksi ekonomi Jerman yang sebelumnya dianggap stabil.
Jim Reid, ahli strategi Deutsche Bank, menyatakan bahwa perubahan kebijakan fiskal Jerman seharusnya membuat analis mulai menilai ulang prospek ekonomi negara tersebut, baik yang diprediksi tiga bulan yang lalu maupun yang diantisipasi beberapa minggu sebelumnya.