Ketua Komite Sekolah, Bode Riswandi, membenarkan keputusan tersebut. Ia menegaskan bahwa sekolah dan komite telah sepakat untuk tidak menggelar acara perpisahan. SMPN 2 Kota Tasikmalaya pun menjadi salah satu sekolah yang lebih awal merespons kemungkinan diterapkannya larangan serupa untuk jenjang SMP di masa mendatang.
“Kami memahami keinginan siswa dan orangtua untuk merayakan momen kelulusan, tetapi kami menghormati arahan gubernur. Jika ada yang ingin mengadakan acara sendiri, yang penting tidak mengatasnamakan sekolah,” jelasnya.
“Di satu sisi, ini menjadi pembelajaran dan pembiasaan ke depan, ketika kemungkinan kebijakan ini akan terjadi ke jenjang seterusnya, Alhamdulillah SMPN 2 sudah merespons dini, dengan bermusyawarah kembali bersama para orangtua yang anaknya akan menjalani kelulusan,” sambungnya.
Baca Juga:Lupa Alamat Email Google? Begini Cara Memulihkan Alamat Email Google yang Lupa atau Hilang dengan MudahChatGPT Tambah Fitur Tasks dan Operator: Beneran Bisa Jadi Asisten Pribadi?
Keputusan ini menuai beragam tanggapan dari para wali murid. Sarmidi, wali siswa kelas 9H, memahami kebijakan sekolah, tetapi berharap ada solusi bagi orangtua yang ingin mengadakan acara syukuran bersama.
Sementara itu, Ika, wali siswa lainnya, menyayangkan keputusan ini karena menurutnya acara perpisahan memiliki makna emosional bagi anak-anak.
“Semoga ada solusi yang bisa menjembatani keinginan siswa dan orangtua tanpa melanggar aturan, sebab kita juga tidak berharap nama baik sekolah tercederai akibat momen yang memang semestinya tidak perlu dikhawatirkan sih,” ujarnya. (Firgiawan)