Masuk Ramadan, Aktivis Lingkungan di Kota Tasikmalaya Ingatkan Penggunaan Plastik Melonjak

penggunaan sampah plastik harus dikurangi
Sejumlah tenda jajanan berderet di atas trotoar Dadaha. Semua masih menggunakan plastik sebagai kemasan dagangan. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Plastik menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, terutama dalam bentuk kemasan makanan dan minuman.

Selama bulan Ramadan, penggunaan plastik sekali pakai selalu meningkat drastis, terutama untuk pembungkus takjil.

Hampir semua jajanan berbuka puasa menggunakan plastik sebagai wadah, dari gelas es buah hingga tas keresek.

Baca Juga:Mengenal Tersangka Korupsi Pertamax Pertamina Patra Niaga asal TasikmalayaDeretan Karangan Bunga di Bale Kota Tasikmalaya: Apresiasi atau Ancaman Lingkungan?

Dari satu porsi es buah saja, setidaknya ada empat jenis plastik yang digunakan: gelas, penutup, sendok, dan tas plastik.

Setelah dikonsumsi, semua itu langsung menjadi sampah.

Dalam waktu kurang dari satu jam, satu orang bisa menghasilkan lebih dari lima kemasan plastik sekali pakai.

Menurut perwakilan Indonesia Green Movement (IGM), Ine Rahmatunisa, kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah plastik sebenarnya sudah mulai tumbuh.

Namun, pilihan alternatif yang ramah lingkungan masih terbatas.

“Kesadaran masyarakat sudah mulai tumbuh, tetapi mereka masih kesulitan mendapatkan alternatif yang lebih ramah lingkungan karena industri belum menyediakan pilihan yang cukup,” ujarnya.

Ine menekankan bahwa pemerintah harus mengambil langkah lebih tegas untuk mengurangi sampah plastik.

“Pemerintah harus hadir dengan regulasi yang mendorong pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Selain itu, produsen juga harus didorong untuk menciptakan kemasan yang lebih ramah lingkungan,” katanya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan plastik.

“Sebagai pengguna, kita harus mulai mengurangi ketergantungan terhadap plastik sekali pakai dengan membawa wadah sendiri dan memilih produk dengan kemasan yang lebih berkelanjutan,” tambahnya.

Baca Juga:Anggaran PSU Pilkada Kabupaten Tasikmalaya Defisit Rp 38,7 Miliar, Pemkab Tak Punya DanaHarga Bitcoin Hari Ini Anjlok Lagi ke Rp 1,39 Miliar, Apa Sebabnya? Bisakah Naik Lagi?

Pengelolaan sampah selama ini lebih banyak dibebankan kepada masyarakat, seperti memilah sampah rumah tangga dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Namun, menurut Aliansi Zero Waste Indonesia, sumber utama permasalahan justru ada di industri yang terus memproduksi plastik tanpa kontrol yang jelas.

Untuk menekan lonjakan sampah selama Ramadan, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak.

Masyarakat bisa mulai dengan membawa wadah sendiri saat membeli takjil, menggunakan tumbler untuk minuman, serta memilah sampah organik dan anorganik di rumah.

“Salah satu langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membawa kotak makan dan botol minum sendiri. Selain mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, hal ini juga lebih higienis dan ekonomis. Banyak pedagang kini mulai menerima permintaan pelanggan yang membawa wadah sendiri untuk mengemas makanan dan minuman mereka,” ungkap Ine.

0 Komentar