RADAR TASIK.ID – Manchester United dikabarkan akan memecat hingga 200 pegawai akibat krisis keuangan yang semakin parah musim ini.
Setan Merah diketahui telah mencatat kerugian selama lima tahun berturut-turut sejak musim 2018/2019, dengan total lebih dari €400 juta.
Situasi di klub kini semakin sulit tanpa prestasi di lapangan yang berimbas pada segi finansial yang memaksa pemilik saham melakukan pemangkasan besar-besaran.
Baca Juga:Riccardo Sottil: Saya Masih Menyimpan Kaos Bertanda Tangan Kaká di RumahAlvaro Morata: AC Milan Klub Hebat Penuh Sejarah, Tapi Ada yang Berubah Usai Kepergian Fonseca
Kondisi keuangan yang terus memburuk memaksa Sir Jim Ratcliffe, pemilik minoritas yang kini mengendalikan operasional klub sejak Februari 2024, untuk mengambil langkah drastis dalam menekan biaya.
Dalam pernyataan resmi klub, United mengonfirmasi rencana restrukturisasi organisasi guna meningkatkan efisiensi operasional dan keberlanjutan keuangan.
Menurut laporan The Athletic, sekitar 150 hingga 200 pegawai terancam kehilangan pekerjaan, bergantung pada hasil konsultasi dengan karyawan.
Pemutusan hubungan kerja ini menambah daftar panjang pemangkasan tenaga kerja setelah tahun lalu klub telah merumahkan 250 pegawai.
Jika semua rencana ini terealisasi, maka dalam kurun waktu satu tahun, Manchester United akan kehilangan sekitar 450 karyawan, atau sepertiga dari total staf mereka.
Selain pengurangan tenaga kerja, mereka yang tetap bekerja di klub juga harus menghadapi pemotongan fasilitas.
Kantor Manchester United di London akan mengalami pengurangan staf, dan beberapa tunjangan yang biasa dinikmati pegawai juga akan dikurangi.
Salah satu perubahan paling mencolok adalah kebijakan terkait fasilitas makanan.
Baca Juga:Tak Bisa Keluar dari Zona Degradasi, Milan Futuro Pecat Daniele BoneraSulit Bertahan di Juventus, Dusan Vlahovic Menolak Pinangan José Mourinho dan Arab Saudi
Kantin di Old Trafford akan ditutup, sementara layanan makanan di Carrington akan tetap ada hingga akhir musim.
Namun, setelah fasilitas latihan utama dibuka kembali, staf hanya akan mendapatkan “sup dan roti”, berbeda dengan sebelumnya.
Sementara itu, fasilitas makanan bagi para pemain tetap tidak berubah.
Krisis keuangan ini menunjukkan bahwa Manchester United tidak hanya menghadapi tantangan besar di dalam lapangan, tetapi juga di luar lapangan dengan harus melakukan efisiensi besar-besaran demi menjaga stabilitas klub.
Bagi penggemar United, kabar ini jelas menambah beban penderitaan mereka setelah sempat menjadi penguasa Liga Inggris di masa lalu.