TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Isu efisiensi anggaran yang dikhawatirkan berdampak pada keberpihakan pemerintah terhadap dunia pendidikan mencuat dalam Sidang Pleno Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Jawa Barat.
Acara yang berlangsung di Gedung Dakwah Islamiyah Kota Tasikmalaya ini digelar pada Sabtu-Minggu (22-23/2) dengan menghadirkan perwakilan dari 15 Pengurus Daerah untuk merumuskan strategi gerakan organisasi di tingkat provinsi.
Ketua PW PII Jawa Barat, Muhammad Khazimi, menegaskan bahwa sidang pleno ini tidak hanya menjadi forum internal organisasi, tetapi juga momentum untuk mendorong kebijakan pendidikan yang lebih baik di Jawa Barat.
Baca Juga:Pasar Kripto Turun! Bitcoin dan Ethereum Terus Melemah, Ini PenyebabnyaRekam Jejak Lazarus Group: Kelompok Peretas Misterius dari Korea Utara
Salah satu isu utama yang dibahas adalah skema advokasi pendidikan guna mengakomodasi aspirasi dari setiap daerah.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap daerah memiliki suara dalam menentukan arah pendidikan yang lebih baik. Selain itu, efisiensi anggaran pendidikan yang saat ini sedang hangat diperbincangkan juga akan menjadi bahan rekomendasi bagi Gubernur Jawa Barat,” ujar Khazimi kepada Radar, Sabtu 22 Februari 2025.
Ia juga menyoroti ketimpangan alokasi anggaran pendidikan yang hanya mencapai 18 persen dari total belanja pemerintah, sedangkan konstitusi telah mengamanatkan minimal 20 persen.
Menurutnya, pemangkasan anggaran ini berpotensi menghambat akses pendidikan bagi pelajar, baik di jenjang sekolah menengah maupun perguruan tinggi.
“Oleh karena itu, PII Jawa Barat berkomitmen mengawal kebijakan tersebut agar sejalan dengan kepentingan pelajar,” tambahnya.
Ketua Pengurus Daerah PII Tasikmalaya, Muhammad Jausan Kamil, turut menekankan pentingnya sinergi antara pendidikan dan kebudayaan dalam membentuk generasi pelajar yang berkualitas.
Ia mengibaratkan pendidikan dan kebudayaan sebagai dua sisi mata uang yang memiliki nilai sama, tetapi dengan filosofi berbeda.
Baca Juga:Harga Bitcoin dan Ethereum Anjlok! Diduga Akibat Peretasan Bybit oleh Hacker LazarusPrediksi dan Analisa Kripto XRP Usai Turun ke Rp 42 Ribuan di Tengah Volatilitas, Akankah Kembali Naik?
“Hari ini, banyak pelajar terdistraksi oleh hal-hal yang tidak memiliki nilai. Ini disebabkan oleh fenomena ‘brain rot’ yang semakin marak. Maka dari itu, peran pendidikan dan kebudayaan harus diperkuat sebagai pagar yang melindungi moralitas dan karakter generasi muda,” tutur Jausan.
Menurutnya, kebudayaan tidak hanya terbatas pada seni dan adat istiadat, tetapi juga mencerminkan karakter serta moralitas masyarakat.