Fondasi Keras dari Eropa Timur
Janota dikenal sebagai pelatih dengan disiplin tinggi. Seperti halnya pelatih dari Eropa Timur lainnya, ia menekankan daya tahan fisik sebagai dasar permainan.
Banyak pemain yang tidak kuat menghadapi pola latihan ini dan memilih mundur, tetapi tidak dengan Ajat.
“Senang saja dilatih oleh pelatih dari Eropa Timur. Latihannya keras, tapi saya menikmati,” kata Ajat.
Baca Juga:Si Kancil Persib ’Saingan’ Marc Klok dan Adam Alis soal Urusan Trofi Juara Persib Bandung, Kalau Dimas Drajad?BOCAH Ajaib Persib Ini Lebih Tajam dari Dimas Drajad, Dijadikan Striker oleh Pelatih Eropa Nyentrik
Dengan fisik yang semakin terasah dan pemahaman baru sebagai striker, Ajat mulai menunjukkan taringnya.
Ia tak sekadar berlari dan menggiring bola, tetapi mulai menguasai seni mencetak gol. Transformasi ini menjadi titik balik dalam kariernya.
Bocah Ajaib Persib Seangkatan dengan Si Kancil
Nama Ajat Sudrajat pertama kali mencuat saat ia tampil di Piala Soeratin tahun 1979 bersama Persib junior.
Bersama rekan-rekannya, termasuk Yusuf Bachtiar atau Si Kancil Persib, ia membawa Persib hingga babak semifinal nasional.
Sayangnya, mereka harus mengakui keunggulan tim yang diperkuat Ricky Yacob dari Persija.
Meski hanya meraih peringkat ketiga, talenta Ajat tak terlewatkan. Setahun kemudian, ia bergabung dengan Persib B dan mulai menapaki jalur menuju tim utama.
Saat itu, Ajat masih bermain sebagai gelandang sayap kanan.
Namun, setelah kembali dari turnamen Yusuf Cup di Makassar, segalanya berubah.
Baca Juga:Persib The Dream Team di Eranya, Cerita Legenda Terbesar Persib Robby Darwis Patut Dicontoh Skuad Bojan HodakPenerus Robby Darwis di Persib, Kenapa Kakang Rudianto Terancam Hengkang ke Bhayangkara FC?
Janota melihat peluang emas dalam dirinya. Ajat tidak sekadar bertahan dalam peran barunya, tetapi justru berkembang pesat.
“Saya tidak menyangka bisa menjadi striker,” katanya. “Tapi Marek Janota yang menemukannya dalam diri saya.”
Puncak Karier dan Warisan Abadi
Perubahan posisi yang semula mengejutkan ternyata membawa berkah besar.
Ajat Sudrajat menjelma menjadi predator di kotak penalti.
Ketajamannya di depan gawang membuatnya bukan hanya menjadi andalan Persib, tetapi juga dipanggil ke Timnas Indonesia.
Sayangnya, kebersamaannya dengan Janota harus berakhir ketika Persib kembali promosi ke Divisi Utama.
Marek Janota digantikan oleh pelatih lain, tetapi warisan yang ia tinggalkan tetap melekat dalam diri Ajat.
Kini, nama Ajat Sudrajat tetap hidup dalam ingatan Bobotoh. Bukan hanya sebagai pencetak gol ulung, tetapi sebagai bukti bahwa perubahan bisa menjadi awal dari kejayaan.