BANDUNG, RADARTASIK.ID — Bocah Ajaib Persib yang lebih tajam dari Dimas Drajad ini punya filosofi anak panah hingga menjadi striker Persib Bandung yang hebat.
Awalnya, bocah ajaib Persib ini bingung saat digeser pelatih nyentrik Eropa dari seorang gelandang menjadi striker.
Bocah ajaib Persib ini menjadi bagian dari sejarah besar Persib Bandung, Kota Bandung dan sepakbola Jawa Barat.
Baca Juga:Si Kancil Persib ’Saingan’ Marc Klok dan Adam Alis soal Urusan Trofi Juara Persib Bandung, Kalau Dimas Drajad?BOCAH Ajaib Persib Ini Lebih Tajam dari Dimas Drajad, Dijadikan Striker oleh Pelatih Eropa Nyentrik
Jika menyebut namanya, orang Jawa Barat pasti tahu. Bahkan namanya banyak dijadikan nama anak di era 90-an.
Saking hebatnya, saat menyebut Persib, pasti menyebut namanya.
Gaya membawa bolanya yang kuat dengan kecepatannya disebut-sebut sebagai Maradona dari Persib Bandung.
Sejak usia 18 tahun, dia sudah jadi pemain senior Persib Bandung.
Nama besar bocah Ajaib Persib Bandung ini menjadi bagian dari Kota Bandung.
Terlebih dia lahir dan tumbuh besar di Persib Bandung.
Bandung, kota yang melahirkan banyak talenta sepak bola berbakat, tak akan pernah melupakan sosok Ajat Sudrajat, yang dulunya bocah ajaib Persib yang menyihir Bobotoh.
Ajat Sudrajat bukan sekadar legenda Persib, tetapi juga ikon yang mengubah wajah klub kebanggaan Jawa Barat ini.
Namun, siapa sangka perjalanan Ajat menuju kejayaan sebagai striker dimulai dari posisi yang jauh berbeda?
Awalnya, Ajat Sudrajat adalah pemain sayap. Kecepatannya, ketajaman umpan silangnya, serta kemampuan menggiring bola menjadikannya aset berharga di sisi lapangan.
Baca Juga:Persib The Dream Team di Eranya, Cerita Legenda Terbesar Persib Robby Darwis Patut Dicontoh Skuad Bojan HodakPenerus Robby Darwis di Persib, Kenapa Kakang Rudianto Terancam Hengkang ke Bhayangkara FC?Â
Namun, segalanya berubah ketika pelatih asal Polandia, Marek Janota, datang ke Bandung dan menangani Persib.
Saat itu, Persib kekurangan penyerang setelah beberapa pemain senior mundur.
Melihat potensi besar dalam diri Ajat, Janota membuat keputusan berani: menggeser pemain muda berbakat ini dari sayap menjadi striker. Saat itu, Ajat baru berusia 18 tahun.
“Saya kaget. Saya tidak tahu bagaimana pergerakan seorang striker, apa tugasnya, bagaimana cara mencetak gol,” kenang Ajat dalam sebuah wawancara.
Namun, Marek Janota tidak membiarkan Ajat mencari tahu sendiri. Ia membimbing Ajat dengan filosofi sederhana, namun mendalam.
“Striker itu seperti anak panah,” kata Janota kepadanya. “Harus cepat, tajam, dan langsung menusuk ke sasaran.”