TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kebijakan efisiensi anggaran tahun 2025 yang menyasar sektor pendidikan menuai kritik tajam dari berbagai lapisan masyarakat.
Pemangkasan anggaran yang dilakukan pemerintah pusat dinilai terlalu ugal-ugalan.
Sampai dunia pendidikan yang menjadi motor pembangunan generasi penerus juga ikut kena gunting.
Yaitu Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) maupun Kementerian Saintekdikti yang membawahi perguruan tinggi.
Baca Juga:Apa Itu Vasektomi? Prosedur, Manfaat, dan Risiko yang Wajib Anda PahamiCatat! KB Pria Bakal Diwajibkan Bagi Kepala Keluarga Penerima Bantuan di Jawa Barat
Cepi Sultoni, aktivis HMI Cabang Tasikmalaya, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kebijakan efisiensi yang menyasar sektor pendidikan.
Menurutnya, kebijakan ini bisa menyebabkan kenaikan biaya sekolah dan kuliah, yang berujung pada berkurangnya kesempatan anak-anak di Tasikmalaya untuk mengenyam pendidikan.
“Efisiensi bukan sekadar hitungan angka, bukan sebatas memangkas yang dianggap lebih. Ia harus berwajah manusiawi, berjiwa kebajikan. Pendidikan adalah ladang harapan, bukan sekadar pos anggaran yang bisa ditebas tanpa pikir panjang,” ujarnya kepada Radartasik.id, Minggu 16 Februari 2025.
Ia menilai kebijakan ini seperti pisau bermata dua—di satu sisi ada janji optimalisasi, namun di sisi lain ada ancaman kesenjangan di sektor pendidikan.
Cepi membandingkan kondisi yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah, seperti banyaknya sekolah di Tasikmalaya yang masih mengalami keterbatasan sarana dan prasarana.
“Bagaimana bisa kita bicara efisiensi, sementara masih banyak sekolah yang atapnya bocor, bangkunya rapuh, dan guru digaji seadanya? Bagaimana bisa kita terima kebijakan yang, alih-alih mendekatkan ilmu, malah menjauhkan akses bagi mereka yang paling membutuhkan?” katanya.
Cepi menegaskan bahwa efisiensi tidak boleh mengurangi kualitas pendidikan. Pemerintah, katanya, harus bijak dalam menimbang kebijakan serta peka terhadap suara masyarakat.
Baca Juga:Dedi Mulyadi: Kepala Daerah yang Beli Mobil Dinas Tidak Akan Diberi Dana StimulusTips Berwisata ke Pangandaran di Akhir Pekan: Aktivitas dan Akses Transportasi, Hingga Penginapan
“Jika benar efisiensi ini demi kebaikan, maka tunjukkanlah dengan bukti, bukan sekadar wacana. Jangan sampai yang tersisa hanya angka-angka kering, sementara anak-anak kehilangan ruang untuk bermimpi,” tambahnya.
Ia juga mengajak mahasiswa, guru, dan masyarakat untuk tetap menjaga harapan dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil pemerintah tidak mengorbankan masa depan bangsa.
“Pendidikan bukan sekadar urusan negara, tapi urusan nurani. Jika hari ini kita diam, esok mungkin kita akan menyaksikan ilmu menjadi barang mahal, hanya untuk mereka yang mampu membelinya. Dan saat itu terjadi, kita sudah terlambat untuk menyesal. Pendidikan bukan sekadar perkara angka, tetapi tentang nyawa-nyawa kecil yang menggantungkan impian pada lembaran buku dan suara guru di ruang kelas,” jelasnya. (Ayu Sabrina)