Banyak Warga di Pusat Kota Tasikmalaya Masih Buang Limbah Toilet ke Sungai

MCK di pusat kota tasikmalaya
Salah satu toilet umum yang berada di pusat Kota Tasikmalaya didirikan tepat di pinggir Sungai Cimulu. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kota Tasikmalaya masih menghadapi persoalan sanitasi yang serius, terutama di kawasan perkotaan.

Buruknya fasilitas perpipaan dan pengolahan limbah komunal menyebabkan banyak warga masih membuang tinja sembarangan, termasuk ke aliran sungai.

Hal ini sebagaimana diungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dr Uus Supangat saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat sektoral di Grand Metro Hotel, Kamis (13/2/25).

Baca Juga:Gubernur Jawa Barat Terpilih Dedi Mulyadi Targetkan Pengambilalihan Beberapa Kewenangan DaerahBantuan Keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2025 Ditahan Sementara

Dia mengungkapkan bahwa masalah Buang Air Besar Sembarangan (BABS) tidak hanya terjadi di daerah tertinggal, tetapi justru banyak ditemukan di pusat kota.

“Untuk ODF (open defecation free) ini yang di tengah kota, ini perlu pemikiran yang sangat serius. Karena hasil (penelusuran) kami di lapangan, ada beberapa kawasan yang ternyata membuang limbahnya itu ke sungai. Ini kan tidak boleh. Sama saja ini dengan belum ODF apabila dibuang ke sana,” kata Uus.

Dia kemudian menyebutkan beberapa wilayah di pusat kota yang masih membuang limbah ke sungai, seperti Kecamatan Tawang dan Cipedes.

Kebanyakan warga di sana membuang limbah ke aliran Sungai Cimulu. Entah saluran pipa pembuangan toilet, wastafel atau lainnya.

Berdasarkan data ODF Kota Tasikmalaya tahun 2024, hampir seluruh wilayah telah mencapai deklarasi dan pemicuan ODF.

Namun, masih ada wilayah yang mencatatkan angka open defecation cukup tinggi.

Diantaranya Kecamatan Cihideung (68 persen), Cipedes (58 persen), Tawang (39 persen), Purbaratu (38 persen), dan Mangkubumi (23 persen).

Baca Juga:Hindari Penyelewengan Beasiswa PIP, Kemendikdasmen Wajibkan Sekolah Umumkan PenerimaLahan Jalan Yudanegara Kota Tasikmalaya Dulunya Ternyata Milik Warga Keturunan

Uus menekankan bahwa penyebab utama masih maraknya BABS bukan hanya kurangnya pengetahuan dan kesadaran, tetapi juga keterbatasan biaya untuk membangun sanitasi yang layak.

“Pemicuan sudah sampai angka 100 persen, tinggal sekarang implementasi pembuatan septictank itu yang harus kita dorong lagi. Kalau ini tidak dibantu, partisipasi masyarakat akan sangat berat. Karena untuk septictank komunal di pusat kota itu butuh rekayasa teknologi, untuk mengintegrasikan lahan-lahan yang ada untuk bisa dimanfaatkan secara bersama,” jelasnya.

Ia berharap masyarakat mulai berinisiatif membangun septictank mandiri guna mengatasi permasalahan sanitasi.

Menurutnya, kesadaran warga untuk tidak lagi membuang limbah MCK ke sungai sangat krusial demi mewujudkan Kota Tasikmalaya yang sehat dan layak huni.

0 Komentar