BANJAR, RADARTASIK.ID – Bidang P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banjar mendatangi kediaman almarhumah Rifkah Khoerunnajah, anak dari pasangan Ibrohim dan Neneng Yulia, yang diduga meninggal dunia akibat DBD.
Kabid P2P Dinkes Kota Banjar dr Ika Rika Rohantika mengatakan, kedatangannya untuk memastikan informasi bocah yang meninggal dunia diduga akibat demam berdarah dengue (DBD).
“Pihak orang tua benar menyampaikan anaknya meninggal akibat DBD, tapi kita harus tetap bersurat resmi ke pihak rumah sakit terkait (RSUD dr Soekardjo) hasil pastinya,” ucapnya, Rabu 12 Februari 2025.
Baca Juga:Demam Berdarah Dengue Merenggut Nyawa Bocah Asal Kota BanjarDemam Berdarah Dengue Tembus 41 Kasus di Kota Banjar, Dinkes Ingatkan Hal Ini
Meski demikian, pihaknya akan menindaklanjuti dengan melakukan PE (penyelidikan epidemiologi) di sekitar lingkungan tempat tinggal almarhumah. Seperti mengecek jentik nyamuk di beberapa titik dan di lingkungan sekolah almarhumah.
“Untuk digigit nyamuk sebenarnya bisa dimana saja, biasanya nyamuk penyebab DBD pada siang. Kadang pagi dan sore,” jelasnya.
Pihaknya mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan berbasis lingkungan dan rutin melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serta ciptakan lingkungan yang bersih.
Direktur RS Banjar Patroman dr Fa’id Husnan membenarkan pasien bernama Rifkah pernah dirawat.
“Pasien (Rifkah) kondisinya waktu itu kurang baik dan terjadi perburukan. Sehingga kami rujuk ke Tasik (RSUD dr Sukardjo),” ucapnya.
Akibat terjadinya perburukan terhadap pasien, sehingga dirujuk ke RSUD dr Sukardjo untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Sementara itu, dia menyebut jumlah pasien yang terjangkit DBD domisili warga Banjar ada sebanyak 21 orang. Mayoritas anak-anak. Sementara luar Kota Banjar 17 orang selama Januari 2025.
Baca Juga:Julukan Garut Swiss Van Java Harus Tetap Dipertahankan, Jaga Ciri KhasSurvei Jalur di Kota Banjar, Temukan Beberapa Jalan Berlubang, Dianggap Membahayakan
“Kita juga konsen dalam menekan kasus DBD di Kota Banjar. Makanya kita juga suka memberikan edukasi ke keluarga pasien,” ujarnya.
Pihaknya mendorong PMI Kota Banjar menyediakan fresh frozen plasma, karena selama ini kebutuhannya harus ke Tasik yang sebelumnya ke Bandung. (Anto Sugiarto)