Demam Berdarah Dengue Merenggut Nyawa Bocah Asal Kota Banjar

Demam berdarah
Ilustrasi nyamuk. (Meta AI)
0 Komentar

BANJAR, RADARTASIK.ID – Rifkah Khoerunnajah, bocah perempuan berusia 10 tahun meninggal dunia diduga akibat demam berdarah dengue (DBD).

Almarhumah menghembuskan nafas terakhir di RSUD dr Sukardjo Kota Tasikmalaya, Minggu 9 Februari 2025 dini hari.

Anak bungsu dari pasangan Ibrohim dan Neneng Yulia itu sebelumnya dinyatakan terjangkit DBD. Ibu almarhumah, Neneng Yulia mengaku pasrah dan menerima semua sebagai ujian.

Baca Juga:Julukan Garut Swiss Van Java Harus Tetap Dipertahankan, Jaga Ciri KhasDemam Berdarah Dengue Tembus 41 Kasus di Kota Banjar, Dinkes Ingatkan Hal Ini

“Ya mau gimana lagi, sekarang mah tabah karena semua ini ujian dari Allah SWT,” ucap dia di rumahnya Lingkungan Parung Lesang RT 04 RW 10 Kelurahan/Kecamatan Banjar, Selasa 11 Februari 2025.

Almarhumah merupakan siswi kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah (MI) 2 Banjar. Ibunya menceritakan, anaknya sebelum terjangkit demam berdarah dengue sempat mengeluhkan pusing pada 23 Januari 2025 lalu.

Namun karen ada kegiatan di Taman Kota Lapang Bhakti Kota Banjar, sehingga anaknya ikut. Sebab semua anak harus hadir sebagai perwakilan dari setiap sekolah.

Setelah itu, anaknya mengalami panas dan muntah. Lalu dibawa ke klinik PKU Muhammadiyah, untuk dilakukan pemeriksaan dan diperiksa suster di sana.

“Setelah diperiksa oleh suster tidak apa-apa, tapi anaknya sempat puyeng (pusing) saja sehingga dibawa pulang ke rumah,” katanya.

Menurut dia, karena sedang sakit, anaknya tidak berangkat sekolah. Beberapa waktu kemudian, anaknya kembali mengalami panas dan dibawa ke klinik PKU Muhammadiyah.

Setelah menjalani pemeriksaan dan dirawat, pihak klinik sempat menyampaikan anaknya terjangkit DBD karena trombositnya turun.

Baca Juga:Survei Jalur di Kota Banjar, Temukan Beberapa Jalan Berlubang, Dianggap MembahayakanRevitalisasi Alun Alun Kota Banjar Tergantung Kebijakan Pemprov Jawa Barat

“Susternya bilang bu, ini positif DBD pas di hari keempatnya (dirawat di klinik). Katanya mau dirujuk ke Rumah Sakit PMC (RS Banjar Patroman),” jelasnya.

Tidak lama kemudian anaknya dirujuk ke RS Banjar Patroman, karena panasnya tinggi. Sesampainya di sana diberi infus oleh dokter yang menangani di hari kelimanya.

Neneng mengatakan, trombositnya sempat normal. Namun di dalam tubuhnya terdapat banyak cairan infus, sehingga membuat kondisinya kurang membaik.

Dari pihak RS Banjar Patroman menyarankan untuk dirujuk ke ke Jawa Tengah. Namun ditolak karena jauh. Lalu diarahkan ke Ciamis namun penuh.

Hingga akhirnya dirujuk ke RSUD dr Sukardjo Kota Tasikmalaya. Kemudian dirawat di sana dan langsung mendapatkan penanganan medis Jumat 7 Februari 2025.

0 Komentar