Sinopsis Film Love Hurts: Aksi dan Romansa yang Berlumur Darah

film Love Hurts
Salah satu adegan aksi dalam film Love Hurts. (Tangkapan layar YouTube Universal Pictures UK)
0 Komentar

Hal yang lebih membingungkan adalah ketika peran narator tiba-tiba berpindah ke Rose di salah satu adegan tanpa alasan yang jelas.

Sayangnya, karakter Rose sendiri lebih banyak berperan sebagai petarung yang menggunakan taser untuk melumpuhkan lawan, tetapi jarang diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam pertarungan penuh.

Hal ini memperlihatkan kecenderungan film Love Hurts untuk menjadikan aksi laga sebagai ”urusan laki-laki.”

Baca Juga:Saingannya Barcelona dan Man United, Arsenal Bertekad Rebut Alexander Isak, Newcastle Pasang Harga TinggiEmpoli Terpuruk Lagi, D’Aversa Soroti Wasit dan Striker AC Milan Gimenez yang Licik

Di sisi lain, karakter Ashley (Lio Tipton), rekan kerja Marvin di agen real estat, justru memberikan warna tersendiri.

Ia memiliki ketertarikan terhadap seorang pembunuh bayaran misterius bernama Raven (Mustafa Shakir), yang ia temui setelah sebuah pertempuran brutal.

Hubungan mereka menyuntikkan sedikit unsur romansa yang terasa kurang dalam dinamika antara Marvin dan Rose.

Koreografi Aksi yang Kuat, Latar yang Membosankan

Sutradara Jonathan Eusebio, yang telah berpengalaman selama lebih dari dua dekade sebagai koordinator aksi dalam film-film seperti Bourne dan John Wick, menunjukkan kepiawaiannya dalam merancang adegan pertarungan.

Aksi bela diri dalam Love Hurts dieksekusi dengan baik, meskipun terbatas oleh latar yang kurang menarik.

Sebagian besar pertarungan terjadi di lokasi yang monoton, seperti kantor biasa, rumah pinggiran kota, dan klub malam yang tampak sepi.

Hal ini sedikit mengurangi intensitas aksi yang seharusnya bisa lebih mendebarkan.

Baca Juga:Duel Ketat Empoli vs AC Milan, Bagaimana Strategi Conceicao Mengubah Kekacauan Jadi Kemenangan?Kombinasi Gimenez dan Pulisic, Amunisi Baru AC Milan dalam Perburuan Serie A

Namun, bagi penggemar The Goonies, film ini mungkin memiliki daya tarik tambahan karena menampilkan reuni antara Quan dan Sean Astin.

Astin berperan sebagai mentor Marvin di dunia real estat, dengan gaya khas seorang pria berstetson.

Inspirasi dari Film-Film Terdahulu

Seperti Everything Everywhere All at Once, Love Hurts memiliki banyak elemen yang mengingatkan pada Scott Pilgrim vs the World karya Edgar Wright.

Salah satu adegan menampilkan Marvin melompati pagar taman dengan gaya yang serupa dengan momen ikonik dalam Hot Fuzz, menandakan bahwa Eusebio juga mengagumi karya Wright.

Sayangnya, sebagai tontonan bertema Hari Valentine, Love Hurts kurang mampu menghadirkan kisah cinta yang menggugah.

Secara keseluruhan, film ini lebih terasa seperti hadiah Valentine yang asal-asalan—seperti buket bunga layu yang dibeli di pom bensin.

0 Komentar