WASHINGTON, RADARTASIK.ID – China kembali menarik perhatian dunia dengan keberhasilannya dalam meluncurkan chatbot AI DeepSeek, yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam industri kecerdasan buatan.
Keberhasilan ini bahkan menjadi topik pembahasan dalam sidang panel penasihat pemerintah AS, di mana sejumlah ahli mengungkapkan kekhawatiran terkait ketergantungan China pada teknologi Amerika serta potensi mereka untuk berkembang lebih jauh di sektor ini.
Dalam sidang yang digelar oleh Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan AS-China (USCC), seorang peneliti dari Centre for Security and Emerging Technology Universitas Georgetown, Hanna Dohmen, menyoroti bahwa model AI paling canggih di China, termasuk DeepSeek R1, masih sangat bergantung pada semikonduktor buatan AS.
Baca Juga:Sekda Mohamad Zen Jadi Saksi Sidang Sengketa Pilkada Kabupaten Tasikmalaya di Mahkamah Konstitusi Inter Dihancurkan Fiorentina, Simone Inzaghi: Kami Benar-Bbenar Hilang
Ia menjelaskan bahwa banyak perusahaan China telah menimbun chip buatan Amerika sebelum pembatasan ekspor mulai diberlakukan.
Namun, seiring dengan menipisnya stok chip tersebut dalam beberapa tahun ke depan, pembatasan ini berpotensi menciptakan kesenjangan yang lebih besar antara jumlah dan kualitas chip AI yang tersedia di dalam dan di luar China.
Kesenjangan ini hanya dapat bertahan jika pembatasan ekspor AS terhadap alat manufaktur semikonduktor tetap efektif.
Selain itu, perusahaan China juga diketahui telah menimbun peralatan manufaktur dari luar negeri sebelum aturan pembatasan diterapkan.
”Hal ini menciptakan jeda waktu antara penerapan kontrol dan saat kontrol tersebut benar-benar mulai berdampak,” ungkap Hanna Dohmen seperti dikutip SCMP.
Kekhawatiran AS terhadap Perkembangan AI China
Sidang pada Kamis ini, yang bertajuk ”Made in China 2025: Who Is Winning?”, membahas strategi ambisius China untuk mendominasi berbagai industri, termasuk kecerdasan buatan, robotika, kedirgantaraan, dan kendaraan energi baru.
Perkembangan terbaru terkait DeepSeek-R1—model penalaran open-source yang dirilis pada 20 Januari—menjadi perhatian utama.
Baca Juga:Tantangan Baru di Napoli, Philip Billing Ceritakan Rahasia Belajar dari McTominay dan AnguissaJurnalis Italia Sampaikan Risiko Pergerakan AC Milan di Bursa Transfer Januari 2025
Model AI ini menunjukkan kemampuan setara dengan produk dari perusahaan-perusahaan besar seperti OpenAI, Anthropic, dan Google, namun dengan biaya pelatihan yang lebih rendah.
Dohmen menegaskan bahwa meskipun pembatasan ekspor dapat memperlambat perkembangan AI China dalam jangka menengah, langkah ini justru bisa menjadi pemicu bagi China untuk mencari cara mengatasi kendala tersebut.