TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sudah seratus hari lewat, kabar pencemaran lingkungan di Tamansari terkemuka. Namun, ingatan warga lebih dari itu. Mereka menyaksikan langsung perubahan lingkungan hingga kebudayaan masyarakat yang luntur dari tahun ke tahun.
Mamad (65) sambil menunjukkan kolam yang hanya berisi genangan air dan lumpur, berkelakar. Andai air dan ikan di sana bisa bicara.
“Lamun cai jeung lauk di dieu tiasa nyarios oge, meureun ngajerit. Nyeurieun (Kalau air dan ikan di sini bisa bicara, mungkin akan berteriak. Sakit, red),” katanya.
Baca Juga:Membanggakan! Naysyilla Hamidah, Siswi MANSATAS Jadi Runner-Up Nasional Duta Siswa Indonesia!Tim Futsal MAN 1 Tasikmalaya Juara Turnamen Futsal Antar Pelajar Tingkat Kabupaten Tasikmalaya
Setiap tahun, ia harus merelakan puluhan kilo ikannya mati sia-sia. Tidak bisa dimakan, lantaran rasanya tidak enak.
Ia juga harus membersihkan kolam-kolamnya dari sisa residu air yang tercemar. Jika tidak begitu, kolamnya tidak bisa kembali diisi ikan.
Kendati demikian, setelah kejadian Oktober 2024, ia semakin ragu, dan memutuskan mengosongkan kolamnya.
“Ya ieu wae gatal-gatal. Turun ngabersihan balong, malah garatal, bareureum, lami sembuhna (ya ini gatal-gatal terus. Turun bersihin kolam, malah gatal, ruam merah, lama sembuhnya, red),” ucapnya.
Air merupakan sumber daya alam paling penting karena semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya.
Selain untuk makan dan minum, manusia perlu air untuk mandi, mencuci, dan lainnya. Semua kegiatan manusia dan sektor pembangunan, seperti pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, industri manufaktur, dan pariwisata, perlu air.
Warga Kampung Sinargalih, Kelurahan Tamansari, tidak pernah menyangka satu dekade kemudian setelah dipindahkannya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dari Purbaratu ke wilayah yang kini didengar sebagai Ciangir, mengancam kehidupan mereka.
Baca Juga:Komitmen Bangun Ruang Aktualisasi Potensi Kader, PD Pemuda Persis Kabupaten Tasikmalaya Gagas TITD Tahun KeduaDemi Efisiensi, APBN 2025 Dipangkas Rp 306,69 Triliun, Pemda Diminta Kurangi Perjalanan Dinas 50 Persen
“Dulu kawasan eta dikenal dengan Legok mini, sumber air dari Situ Cibeungang, Gunung Jati. Kapungkur the (dulu itu, red), mau dibangun pabrik aqua bilangnya. Tapi da pas pembukaannya, ditanam jukut, kadieuna kanggo sampah,” kata Ketua RW 7, Agus saat berdiskusi dengan Walhi Jawa Barat Kamis sore 30 Januari 2025.
Terbaru, lahan TPA sebesar 11 hektare itu terdengar kabar oleh warga akan diperluas. Sontak mereka tak terima.
“Ya kami teu setuju pami kitu. Soalna kapungkur nyariosna bakal disetop perluasan teh. Komo aya kajantenan kieu. Pami leres aya rencana diperluas, ya teu kahartos cariosanna teu tiasa dicepeng pemerintah teh (ya kami tidak setuju kalau seperti itu. Soalnya dulu bilangnya bakal disetop perluasan itu. Apalagi ada kejadian seperti ini. Kalau betul ada rencana diperluas, ya gak masuk akal, omongannya gak bisa dipegang pemerintah, red),” timpa Wawan, warga lainnya.