Kerajinan Anyaman Rajapolah, Keterampilan Tangan yang Menghubungkan Desa ke Berbagai Kota

Kerajinan Anyaman Rajapolah
Ujang Elan Setiawan, perajin asal Kampung Cibubuhan, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, sedang membuat anyaman berupa tas dari bahan mendong, Rabu, 22 Januari 2025. (Radika Robi Ramdani)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Rajapolah, sebuah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, telah lama dikenal sebagai pusat kerajinan anyaman dengan bahan baku alami seperti mendong, eceng gondok, dan pandan.

Kerajinan anyaman Rajapolah ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat setempat, yang memanfaatkan keterampilan tangan untuk menghasilkan berbagai produk. Mulai dari tikar, tempat penyimpanan barang, topi, hingga tas, produk-produk anyaman ini diproduksi dengan ketelitian dan keahlian yang diwariskan turun-temurun.

Ujang Elan Setiawan, seorang perajin asal Kampung Cibubuhan RT 02 RW 03 Desa Sukaraja, Kecamatan Rajapolah, mengungkapkan bahwa dirinya bersama istrinya membuat berbagai macam kerajinan anyaman.

Baca Juga:5 Alasan Anda Harus Menggunakan NIVEA DeodorantWarga Manonjaya Tasikmalaya Manfaatkan Lahan Tidur untuk Menjaga Ketahanan Pangan Desa

Produk yang dihasilkan oleh pasangan ini terdiri dari tas, topi, dan berbagai produk lainnya yang terbuat dari bahan-bahan seperti pandan, eceng gondok, dan mendong.

Dalam sehari, mereka mampu memproduksi antara satu hingga enam buah produk, tergantung pada ukuran dan motif yang diinginkan.

Ujang juga menyebutkan bahwa hasil anyaman yang telah jadi kemudian dikumpulkan oleh pengepul dan dijual ke berbagai daerah di Indonesia.

Produk anyaman dari Rajapolah tidak hanya sampai di sekitar Tasikmalaya, tetapi juga dipasarkan hingga ke Bandung, Jakarta, Bali, Yogyakarta, dan Solo.

Meskipun upah yang diterima per item bervariasi, biasanya berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 20.000, tergantung pada ukuran dan tingkat kesulitan motif anyaman.

Hal menarik yang disampaikan oleh Ujang adalah mengenai sistem pembagian bahan baku yang diterima dari pengepul.

Para perajin seperti dirinya tidak perlu membeli bahan baku, melainkan bahan tersebut disediakan oleh pengepul.

Baca Juga:Siapkan Siswa Jadi Profesional IoT, SMKS Muhammadiyah 2 Banjarsari Gandeng Telkom IndonesiaHotel Laut Biru Pangandaran Tingkatkan Pengalaman Tamu dengan Konektivitas Super Cepat dari Indibiz

Ini tentu menjadi keuntungan tersendiri karena perajin cukup fokus pada proses pembuatan kerajinan tanpa harus memikirkan modal untuk membeli bahan.

Setelah bahan habis, mereka tinggal menunggu bahan baru untuk melanjutkan proses produksi.

”Ya alhamdulillah, upah hasil dari membuat anyaman itu bisa ditabungkan dan sebagiannya lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Ujang kepada Radartasik.id baru-baru ini.

Dengan pengelolaan yang tepat, kerajinan anyaman ini menjadi salah satu potensi ekonomi lokal yang layak dikembangkan.

Kepala Desa Sukaraja, Asep Nandang, yang turut memperhatikan perkembangan kerajinan lokal ini, menyatakan bahwa potensi besar yang dimiliki Rajapolah harus terus didorong dan dikembangkan.

0 Komentar