TPA Ciangir di Tasikmalaya Menggunakan Metode Controlled Landfill Bukan Sanitary Landfill

gas metana di TPA Ciangir
Kendaraan pengangkut sampah keluar dari TPA Ciangir. Foto insert: gelembung air yang disebabkan keluarnya gas metana dari sampah yang ditimbun tanah. (Ayu Sabrina/Radartasik.id/IST)
0 Komentar

Controlled Landfill vs Sanitary Landfill

Controlled landfill, seperti yang diterapkan di TPA Ciangir, merupakan metode pengelolaan sampah yang lebih sederhana dan ekonomis dibandingkan sanitary landfill. Menurut jurnal yang dipublikasikan oleh pakar lingkungan Dr Rahmat Hidayat dari ITB, sanitary landfill melibatkan standar pengelolaan tinggi, termasuk lapisan kedap air untuk mencegah pencemaran air tanah, pengolahan leachate yang terintegrasi, penanganan gas metana untuk dimanfaatkan sebagai energi, serta penutupan harian untuk mengurangi bau dan gangguan hewan.

Sebaliknya, Prof Lestari Supriyadi dari Universitas Indonesia menjelaskan bahwa controlled landfill memiliki kelemahan seperti tidak adanya lapisan kedap air sehingga risiko pencemaran air tanah lebih tinggi, penanganan gas metana yang minimal, dan penutupan sampah yang dilakukan secara berkala, bukan harian. Meskipun lebih terjangkau, dampak lingkungan dari controlled landfill lebih sulit dikendalikan.

Sempat Disebut Sanitary Landfill

Sebelumnnya, pada 19 November lalu, Pj Wali Kota Tasikmalaya terdahulu, Dr Cheka Virgowansyah bersama seluruh kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Tasikmalaya bermain sepak bola mini atau mini soccer di atas tumpukan sampah yang ditimbun tanah di TPA Ciangir Kelurahan Tamansari Kecamatan Tamansari.

Baca Juga:Gubernur Terpilih Minta Anggaran Bantuan TIK SD-SMP Rp 725 Miliar DitundaInilah Khasiat Daun Kelor yang Membuatnya Sangat Mahal di Eropa, Hanya Orang Kaya Mampu Beli

Kegiatan itu sebagai bentuk kebangaannya terhadap keberhasilan penanganan sampah menggunakan metode sanitary landfill. Meski di sebelahnya masih ada gunungan sampah yang dikelola dengan metode open dumping.

Metode sanitary landfill adalah penguburan limbah di dalam tanah dengan langkah-langkah teknis tertentu untuk mencegah pencemaran lingkungan, khususnya air tanah, udara, dan tanah di sekitarnya. Dalam sanitary landfill, pengelolaan lapisan tanah dan limbah disusun secara berurutan dan terstruktur untuk memastikan limbah dapat dibuang dengan aman tanpa mencemari lingkungan.

Sementara itu, demi bisa memanfaatkan urugan tanah sanitary landfill menjadi lapangan bola, Dinas Lingkungan Hidup melarutkan 4000 liter ecoenzyme seminggu 2 kali, jelang pertandingan yang didambakan Cheka itu. Sehingga, saat pertandingan tidak tercium bau busuk dari gunungan sampah.

Usai bertanding, Cheka menjelaskan bahwa permainan mini soccer yang dilakukan di atas tumpukkan sampah yang sudah ditimpa tanah itu, dideklarasikan sebagai keberhasilan Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam mengelola sampah dengan metode sanitary landfill.

0 Komentar