TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Stunting atau tengkes tidak hanya disebabkan faktor malnutrisi kronis, tetapi juga sangat terkait dengan masalah lingkungan.
Tempat tinggal, air, dan udara yang tercemar bisa menjadi faktor risiko stunting, yang menunjukkan pentingnya pendekatan komprehensif untuk mengatasi masalah ini.
Masalah stunting di Kota Tasikmalaya sendiri terus menjadi sorotan, terutama di Kecamatan Tamansari, yang mencatat angka tertinggi keluarga tanpa akses sumber air minum utama yang layak.
Baca Juga:Inilah Khasiat Daun Kelor yang Membuatnya Sangat Mahal di Eropa, Hanya Orang Kaya Mampu BeliMomen Penuh Keakraban, Perayaan 5 Tahun Honda ADV Club Karawang yang Tak Terlupakan
Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuandan dan Pelindungan Anak (DPPKBP3A) Kota Tasikmalaya yang dipublikasi pada 2024 lalu, sebanyak 222 keluarga dari total 13.906 keluarga di Tamansari tidak memiliki sumber air minum layak.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.999 keluarga termasuk kategori berisiko stunting.
Di posisi kedua, Kecamatan Mangkubumi mencatat 209 keluarga tanpa akses air minum layak dari total 15.742 keluarga, dengan 6.185 keluarga berisiko stunting.
Sementara itu, Kecamatan Bungursari berada di urutan ketiga, dengan 190 keluarga dari total 10.133 keluarga tidak memiliki sumber air minum layak, dan 3.851 keluarga berisiko stunting.
Kepala UPTD Puskesmas Sangkali, Kecamatan Tamansari, Isep Deni Herdiana, mengungkapkan hasil pemeriksaan air di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir menunjukkan bahwa air yang digunakan warga tidak memenuhi standar kesehatan karena mengandung banyak bakteri. Hal ini memperparah risiko kesehatan.
“Termasuk gangguan kulit seperti gatal-gatal yang sering dialami warga,” katanya.
Stunting dan Faktor Pendukungnya
Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, masih menjadi tantangan besar.
Kondisi ini sering terjadi pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang meliputi masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Baca Juga:Cegah Perkampungan Sepi Seperti di Jepang dan Korsel, Pemerintah Dorong Warga Hidupkan DesaMAN 1 Tasikmalaya Gelar Seleksi KSM dan OSN untuk Cetak Siswa Berprestasi
Anak tergolong stunting apabila tinggi badannya di bawah rata-rata anak seusianya, dengan tinggi kurang dari 47 cm, berat badan di bawah 2,5 kg, dan lingkar kepala kurang dari 31,5 cm.
Di Kota Tasikmalaya, angka stunting meningkat dari 10,75% pada 2023 menjadi 11,78% pada 2024.
Kecamatan Kawalu mencatat prevalensi tertinggi dengan 986 kasus, diikuti Kecamatan Cibeureum dengan 628 kasus, dan Kecamatan Tamansari dengan 508 kasus.
Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) turut berkontribusi dalam penanganan stunting.