Yayan, guru pendidikan jasmani di SDN Ciangir, mengungkapkan bahwa bau menyengat dari TPA membuat anak-anak lebih cepat lelah.
“Napas anak-anak lebih pendek dan mereka cepat lelah. Sebagai guru olahraga, saya bisa melihat perbedaan kondisi pernapasan yang baik dan yang kurang. Anak-anak di sini tidak kuat berlari. Bau sampah dan aroma kimia bisa tercium setahun sekali, bahkan lebih,” ungkapnya.
Ironisnya, meski sekolah ini berada di dekat pusat pencemaran, belum pernah ada sosialisasi tentang bahaya pencemaran udara atau edukasi kesehatan dari DLH maupun Dinas Kesehatan.
Baca Juga:Peneliti BRIN Sebut Kebakaran Los Angeles Bisa Terjadi di Indonesia, Ada Kesamaan Faktor IniSoal Jam Kerja serta Gaji PPPK Paruh Waktu, Perhatikan Diktum ke-14 KepmenPANRB Nomor 16 Tahun 2025 Ini
“Belum ada edukasi apa pun. Gaya hidup anak-anak di sini sudah menyesuaikan. Mereka jarang bertanya kenapa hanya sekolah mereka yang selalu bau sampah. Kadang kami menutup hidung dengan tangan, kerudung, atau seragam,” jelas Yayan.
Masyarakat berharap DLH segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi pencemaran di TPA Ciangir demi melindungi kesehatan dan kesejahteraan warga sekitar. (Ayu Sabrina)