Siswa SDN Ciangir Belajar di Bawah Bayang-Bayang Bencana dan Penyakit

sdn ciangir
salah seorang guru menunjukkan ruangan yang plafonnya ditopang dengan kayu. Di sisi lain siswa-siswi tetap belajar dengan kondisi seadanya. kaca jendela pecah dan lain-lain. (Ayu Sabrina/Radartasiki.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Saat pemerintah sibuk membicarakan program Makan Bergizi Gratis (MBG), kurikulum, dan wacana tentang Indonesia Emas 2045, Kota Tasikmalaya masih memiliki banyak sekolah yang boleh jadi masuk kategori tidak layak.

Salah satunya adalah SD Negeri Ciangir di Kelurahan Tamansari Kecamatan Tamansari.

Jaraknya hanya sekitar ratusan meter dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dimana ratusan ton sampah warga Kota Tasikmalaya dibuang kesana setiap hari.

Baca Juga:Cara Mengubah Sepeda Motor Bensin Menjadi Berbahan Bakar GasAkhirnya Sekarang Jadi Paham, Begini Cara Menghitung Pajak Progresif Mobil dan Motor

Bahkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) TPA hanya berjarak sekitar 300 meter dari tempat siswa dan para guru belajar mengajar.

Lokasi sekolah relatif jauh dengan pusat kota dan juga pusat pemerintahan.

Merujuk google map, jaraknya sekitar 16 kilometer dari gedung serbaguna Balekota Tasikmalaya dan 10 kilometer dari Masjid Agung.

Meski begitu kondisi jalanan menuju lokasi sudah hotmix. Sayangnya tak diimbangi dengan kemajuan pembangunan sarana prasarana.

Diketahui, selama bertahun-tahun pelajar SDN Ciangir belajar dalam keterbatasan akibat kondisi bangunan yang rusak. Seperti pantauan Radar pada Selasa (14/1/25).

Sekitar Pukul 10.00 WIB, para pelajar sibuk membersihkan ruangan kelas dalam pengawasan para guru.

Mereka tampak ceria, tertawa, dan saling membantu agar ruangan kelas mereka menjadi bersih.

Baca Juga:Kepala BKN Dorong Percepatan Seleksi PPPK 2024 Tahap 2 untuk Optimalisasi Penyerapan Tenaga Non-ASNOpsen Pajak Kendaraan Bermotor Mulai Berlaku, Pemerintah Daerah Bisa Dapat Bagian Secara Langsung

Namun, dibalik itu ada ancaman mengintai. Seperti atap plafon yang bolong, seringkali bocor saat hujan dan bisa roboh sewaktu-waktu karena pelapukan.

Selain itu, ancaman kesehatan juga mengintai para pelajar karena kondisi kelas yang selalu berdebu.

Selain itu kondisi saat para siswa belajar di kelas juga memprihatinkan. Mereka harus merapatkan bangku dan meja serta menjauh dari tembok bagian belakang yang tampak sudah retak dan atap plafonnya lapuk.

Bukan hanya itu. SDN Ciangir juga kekurangan ruang kelas dan ruang guru yang layak, untuk menampung 114 siswa dengan 6 rombongan belajar.

Bahkan pihak sekolah terpaksa mengubah perpustakaan yang tidak beralas keramik, menjadi ruang rapat serta keperluan para tenaga pendidik.

Lebih parahnya sekolah ini tak punya toilet layak. Apalagi sumber air. Tidak ada sama sekali. Untuk sekadar buang air kecil, anak-anak harus menumpang ke masjid yang ada di pemukiman warga.

0 Komentar