Namun, sungai dapat tercemar oleh limbah yang dihasilkan oleh manusia dan industri. Pencemaran sungai akibat limbah dapat membahayakan kehidupan manusia dan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi dan mencegah pencemaran sungai.
Mamad juga berharap pelaku usaha daur ulang plastik, bisa turut berperan menekan risiko pencemaran dengan mengolah limbah. Ditemukannya cacahan plastik pada aliran sungai, diduga kuat berasal dari pabrik tersebut.
“Ti kapungkur kajantenanna hampir sama. Cai hideung dan bau, yang paling parah kamari, lauk paraeh. Tos mah cai tercemar, arurang rugi banda. Kantos lauk-lauk teh dicobian diemam, tiis, teu aya rasa. Biasana kan gurih. Ti dinya dikosongkeun kolam the (dari dulu kejadiannya hamper sama. Air hitam dan bau, yang paling parah kemarin, ikan semua mati. Sudah airnya tercemar, kita rugi benda. Pernah ikan-ikan itu dicoba dikonsumsi, tapi gak ada rasanya. Biasanya kan gurih. Sejak saat itu kolam ikan dikosongkan, red),” terangnya.
Baca Juga:Akhirnya Sekarang Jadi Paham, Begini Cara Menghitung Pajak Progresif Mobil dan MotorKepala BKN Dorong Percepatan Seleksi PPPK 2024 Tahap 2 untuk Optimalisasi Penyerapan Tenaga Non-ASN
Kejahatan lingkungan ini mencerminkan betapa seriusnya dampak limbah terhadap masyarakat, bukan hanya pada aspek fisik, tetapi juga pada warisan budaya. Warga berharap pemerintah dan pihak terkait segera mengambil tindakan nyata untuk menghentikan pencemaran ini, sebelum seluruh warisan ekologis dan kultural mereka benar-benar hilang.
Gatal-Gatal Karena Air Tercemar
Mamad sendiri adalah satu dari sekian warga yang merasakan gatal-gatal akibat pencemaran air di lingkungannya. Gatal-gatal yang dideritanya sudah berlangsung selama dua pecan ini. Bagi warga Kampung Sinargalih, kondisi seperti ini bukanlah hal baru.
“Ini mah bukan pertama kali. Pas airnya hitam sekali dan bau, itu yang paling parah. Gatal-gatal sampai seperti ini. Budug,” tutur Mamad sambil menunjukkan lipatan pahanya yang iritasi.
Meskipun ruam paling luas tampak di sisi kiri, merah-merah itu sudah menyebar ke seluruh kakinya hingga kedua lengan. Keluhan Mamad bermula sejak ia menyelamatkan ratusan kilogram ikannya yang mati pada Oktober 2024 lalu. Air kolam warga saat itu berubah hitam pekat dan menebarkan bau busuk. Warga mencoba memeriksa ikan-ikan yang mati untuk memastikan apakah masih bisa dikonsumsi.