Cerita Warga Soal Rumah Tahfidz Daarul Ilmi Kota Tasikmalaya, Sampai Pasang Spanduk Usir Tersangka

Diusir warga, tersangka rudapaksa pimpinan rumah tahfidz daarul ilmi,
Warga Perum Bumi Lestari dan Tamansari Indah memasang spanduk penolakan terhadap Rumah Tahfidz Daarul Ilmi serta AR (45) selaku pimpinan yayasan, Minggu (12/1/2025). AR saat ini sudah ditetapkan tersangka atas kasus dugaan rudapaksa terhadap santrinya.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Keberadaan AR dengan yayasan Rumah Tahfidz yang dia pimpin di Perum Bumi Lestari Kecamatan mangkubumi sejak awal tidak harmonis dengan warga. Kasus ini pun membuat warga tidak bisa berdiam diri mengusir AR dan pengurus yayasannya untuk hengkang.

Saat ini rumah yang sebelumnya dijadikan Rumah tahfidz Daarul Ilmi tersebut sudah tidak lagi beroperasi, Minggu (12/1/2025). Terpampang spanduk penolakan warga terhadap tersangka beserta yayasannya yang dipasang di beberapa titik.

Ketua RW setempat, Asep Solihin menerangkan bahwa AR beserta keluarganya sudah tinggal di rumah tersebut sekitar 14 tahun. Awalnya dia hanya membuka praktek pengobatan saja, kemudian berubah jadi ruqiah. “Berubah-ubah, pernah jadi penggalang dana, rumah tahfidz dan terakhir terpasang jadi pesantren,” katanya.

Baca Juga:Mobil Honda Freed PNS di Kota Tasikmalaya Nyungsep ke Sawah, Infonya Istri Anggota DPRDDari Kasus Pimpinan Rumah Tahfidz Daarul Ilmi, Pengurus GP Ansor Soroti Pengawasan Kemenag Kota Tasikmalaya

Sejak awal pun, kata Asep, AR dan keluarganya tidak pernah melakukan sosialisasi dengan warga. Bahkan perangainya tidak membuat warga nyaman dan beberapa kali berupaya untuk membuatnya pindah dari tempat tersebut. “Pernah beberapa kali warga ingin mengusirnya, tapi ya kami juga bingung kalau tanpa alasan yang jelas,” terangnya.

Asep Solihin banyak mendengar aktivitas AR di luar sebagai aktivis keagamaan yang keras terhadap kemaksiatan. Dia yang menilai kehidupan AR di lingkungannya hanya bisa tersenyum seolah melihat dagelan. “Ke masjid sini juga belum pernah lihat, entah kalau Jumatan salatnya di mana karena tidak pernah bergabung dengan warga,” katanya.

Tidak dipungkiri, di rumah tersebut memang kerap terdengar ada anak-anak yang mengaji. Sehingga warga percaya saja bahwa itu merupakan rumah tahfidz tanpa tahu aktivitasnya ilegal. “Ya memang terdengar suka ada yang mengaji, tapi enggak tahu di luar itu ada aktivitas apalagi,” ucapnya.

Ada pun salah satu kejanggalan pada yayasan yang dipimpin AR, yakni membiarkan santrinya kelaparan. Menunjukkan bahwa pengelolanya tidak memberikan makanan yang cukup atau layak. “Ada yang sampai nyari sisa makanan di tempat sampah, ada juga yang mencuri karena lapar,” ucapnya.

Kendati demikian, dia belum pernah mendengar ada orang tua yang protes sehingga warga pun tidak mau terlalu ikut campur. Sampai akhirnya, kasus ini muncul dan membuat warga tidak bisa lagi memberikan toleransi. “Ini sudah jadi keinginan warga, tidak mau tersangka dan yayasannya beraktivitas lagi di sini, makanya kami pasang spanduk penolakan,” ucapnya.

0 Komentar