TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Isu pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar TPA Ciangir telah berlangsung lama.
Bahkan menurut warga sekitar pencemaran terhadap air yang mereka gunakan telah berlangsung selama belasan tahun.
Namun tak pernah ada perhatian serius terhadap dampaknya. Baik dari pemerintah sendiri maupun wakil rakyat yang mewakili daerah Tamansari.
Baca Juga:Akhirnya Sekarang Jadi Paham, Begini Cara Menghitung Pajak Progresif Mobil dan MotorKepala BKN Dorong Percepatan Seleksi PPPK 2024 Tahap 2 untuk Optimalisasi Penyerapan Tenaga Non-ASN
Aktivis Sosial Tasikmalaya, Faturochman SPd melontarkan kritik tajam terhadap para anggota dewan atau legislator khususnya dengan daerah pemilihan Tamansari, yang selama ini dinilai kurang berkontribusi terhadap penanganan masalah itu.
Tidak ada upaya serius dari mereka untuk membebaskan warga terdampak pencemaran lingkungan di Ciangir dari berbagai persoalan yang melanda.
Termasuk ketika Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya, H Wahid, menyatakan kesiapannya mengawal pelaksanaan proses penataan terhadap Ciangir seperti yang telah dirapatkan oleh Pemkot Tasikmalaya pada pekan lalu. Faturohcman menilai sikap legislator itu sudah terlambat.
“Kalau memang dia wakil rakyat asal Tamansari, sejak pertama kali terjadi pencemaran kemana saja? Sudahkah bertugas jadi wakil rakyat?” tegas Fathurochman, Minggu 12 Januari 2025.
DPRD Kota Tasikmalaya sendiri awalnya seolah bersikap cuek dan tak mau turun tangan mencari solusi masalah pencemaran.
Apalagi salah satu terduga penyebab pencemaran juga adalah pabrik daur ulang plastik yang dimiliki salah satu legislator periode 2024-2029.
Limbah pabrik ini dan air lindi dari TPA Ciangir diduga telah mencemari Sungai Cipajaran yang biasa digunakan warga untuk keperluan Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK).
Baca Juga:Opsen Pajak Kendaraan Bermotor Mulai Berlaku, Pemerintah Daerah Bisa Dapat Bagian Secara LangsungDPR RI Dorong Pemerintah Ubah Subsidi Pupuk Jadi Subsidi Nilai Tukar Petani
“Mereka cenderung menutup mata dan telinga. Baru bergerak ketika permasalahan dikritik tajam oleh berbagai pihak. Sekarang, mereka muncul memberikan pendapat seakan-akan menjadi pahlawan kesiangan setelah rapat koordinasi di Bale Kota,” ungkapnya.
Fathurochman menilai langkah para wakil rakyat lebih bersifat mencari popularitas daripada benar-benar memperjuangkan kepentingan rakyat.
“Sudah tidak bekerja menghilangkan penderitaan rakyat, tetapi mencari muka ketika ada momentum yang menguntungkan. Jika seperti ini, sangat mengecewakan dan menjijikan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, pencemaran lingkungan di Tamansari telah menjadi isu yang mencuat ke permukaan, memengaruhi kehidupan warga setempat.