Gatal-gatal Akibat Pencemaran Air di Sinargalih Tamansari Tidak Juga Hilang, Warga Jadi Takut Air Kolam

gatal-gatal akibat pencemaran
Mamad menunjukkan bekas ruam hitam yang sering menyebabkan gatal. Ruam itu muncul setiap kali dia menyentuh air di kolam ikan atau sungai, Jumat 10 Januari 2025. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tangan Mamad (65) terus menggaruk paha kirinya yang penuh ruam merah gelap. Gatal-gatal yang dideritanya sudah berlangsung dua pekan, akibat air tanah yang diduga tercemar. Bagi warga Kampung Sinargalih, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, kondisi seperti ini bukanlah hal baru.

“Ini mah bukan pertama kali. Pas airnya hitam sekali dan bau, itu yang paling parah. Gatal-gatal sampai seperti ini. Budug,” ujar Mamad, warga RW 7, sambil menunjukkan lipatan kakinya yang iritasi.

Meskipun ruam paling luas tampak di sisi kiri, merah-merah itu sudah menyebar ke seluruh kakinya hingga kedua lengan. Keluhan Mamad bermula sejak ia menyelamatkan ratusan kilogram ikannya yang mati pada Oktober lalu. Air kolam warga saat itu berubah hitam pekat dan menebarkan bau busuk. Warga mencoba memeriksa ikan-ikan yang mati untuk memastikan apakah masih bisa dikonsumsi.

Baca Juga:Asyik! Bansos PIP 2025 Segera Cair, Simak Jadwal dan Cara Ngeceknya2024, Tahunnya H Amir Mahpud!

“Pas dilihat, ikannya sudah lemas, dihinggapi lalat. Lauk (ikan, red) gurame, nilem, semua mati. Waktu saya menyelamatkan ikan-ikan itu, saya kena air hitamnya. Sejak itu gatal-gatal sampai sekarang,” ungkap Mamad.

Setelah kejadian itu, ia bersama warga memutuskan mengosongkan kolam mereka. Budidaya ikan terhenti karena takut kejadian serupa terulang. Namun pekan lalu, Mamad mencoba membersihkan kolamnya dan memulai lagi.

Dua hingga tiga hari ia mengangkat sampah dan lumpur dari dasar kolam. Tapi sejak itu, setiap sore hingga malam, rasa gatal dan panas menyerang kaki serta tangannya. “Awalnya biasa saja, tapi sekarang setiap malam gatal dan panas. Tidak tahan. Sudah pakai salep, bahkan rendam air garam, tetap tidak mempan,” cerita Mamad.

Meski belum ke Puskesmas Pembantu di Ciangir, Mamad sempat berkonsultasi dengan perawat yang sering bertugas di lapangan. Kepada perawat tersebut, ia menceritakan keluhannya yang diduga akibat air tercemar.

“Bisa jadi dari air, kata perawat itu. Lihat saja sekarang, sumur dan sungai keruh, ada potongan plastik. Kalau air tidak layak, harusnya diberi tahu apakah masih bisa digunakan atau tidak, dan apa solusinya. Untuk mandi air hangat saja begini jadinya,” terang Mamad.

0 Komentar