Sudah Ada yang Bangkrut, Sopir Angkot di Ciamis Terpaksa Bertahan di Tengah Gempuran Transportasi Online

angkot di ciamis
Mobil angkot menunggu penumpang di Terminal Sindangkasih, Kabupaten Ciamis, Minggu, 5 Januari 2025. (Fatkhur Rizqi/Radartasik.id)
0 Komentar

CIAMIS, RADARTASIK.ID – Di Kabupaten Ciamis, para sopir angkutan kota (angkot) kini menghadapi tantangan berat akibat penurunan drastis jumlah penumpang.

Fenomena ini tidak hanya memengaruhi pendapatan mereka, tetapi juga membuat sejumlah angkot terpaksa berhenti beroperasi.

Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah semakin maraknya moda transportasi online yang menawarkan kemudahan dan kepraktisan bagi masyarakat.

Baca Juga:Sukahaji Waterboom, Tempat Wisata Ramah Anak di Kabupaten CiamisSerikat Pekerja Akan Mengawal Penerapan UMK 2025 di Kabupaten Ciamis

Seorang sopir angkot di Ciamis rute 14, Rian (27), menyampaikan bahwa saat ini penumpang angkot semakin jarang.

Ia mengungkapkan bahwa penurunan jumlah penumpang sangat terasa, dan rata-rata pendapatannya hanya berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 80.000 per hari.

Pendapatan tersebut pun harus dipotong untuk biaya bahan bakar dan sewa kendaraan, sehingga sisa yang diterima menjadi sangat terbatas.

Rian menjelaskan bahwa tarif angkot sebenarnya cukup terjangkau.

”Dengan pendapatan seperti itu, mau tidak mau dicukupkan. Walaupun harga sembako pada naik,” ujarnya kepada Radartasik.id, Minggu, 5 Januari 2025.

Untuk rute Sindangkasih-Darmacaang, misalnya, penumpang umum hanya dikenakan Rp 10.000, sementara siswa cukup membayar Rp 3.000.

Namun, meskipun tarifnya tetap, masyarakat cenderung memilih transportasi online karena dianggap lebih cepat dan praktis.

Jam operasional angkot juga mengalami penyesuaian.

Jika sebelumnya angkot beroperasi hingga pukul 17.00 WIB, kini rata-rata berhenti beroperasi pukul 14.00 WIB karena minimnya penumpang.

Baca Juga:Imbang Gara-Gol Kontroversial, PSGC Ciamis Tetap Pertahankan Posisi PuncakPeserta Seleksi PPPK Ciamis yang Lulus Harus Segera Isi Daftar Riwayat Hidup, Kalau Tidak, Dianggap Mundur

Rian menyebutkan bahwa untuk tetap bertahan, supir angkot mengandalkan penyewaan mobil untuk rombongan atau pengangkutan barang.

Transportasi online menjadi pesaing utama angkot karena layanan ini memungkinkan masyarakat memesan kendaraan secara langsung tanpa harus menunggu lama.

Sementara itu, angkot sering kali harus menunggu hingga 30 menit untuk mendapatkan penumpang.

Akibatnya, beberapa unit angkot mulai menghilang dari jalanan.

Dari 12 unit angkot rute 14, kini hanya delapan unit yang masih beroperasi.

Bahkan, untuk rute angkot 18 Sadananya-Sindangkasih, seluruh unitnya sudah berhenti beroperasi karena bangkrut.

Hal serupa dialami oleh supir angkot rute 07, Roni (28).

Ia mengatakan bahwa penumpang rute Pasar Pancasila-Sindangkasih semakin berkurang. ”Kondisi saat ini naik angkot tambah sedikit,” terangnya.

Dalam sehari, ia sering hanya mengangkut dua orang penumpang dengan pendapatan sekitar Rp 50.000.

0 Komentar