TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pemberhentian pegawai atau kontrak yang tidak berlanjut diakui direksi RSUD dr Soekardjo akan terus berlanjut. Pasalnya, secara prinsip, langkah yang dilakukan konsepnya bertahap.
Berdasarkan kajian, kelebihan jumlah pegawai RSUD dr Soekardjo mencapai 200 orang. Sementara yang diberhentikan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir belum sampai 70 orang.
Hal ini mengindikasikan bahwa ke depan rumah sakit akan melakukan langkah serupa. Di mana pegawai tidak dilanjut kontrak kerjanya atau diberhentikan sebagai pegawai di RSUD.
Baca Juga:Setelah Aturan Diubah, Capaian Retribusi Sampah di Kota Tasikmalaya Tetap Tidak Mencapai TargetMasuk Tahun 2025, 51 Polisi di Polres Tasikmalaya Kota Dapat Pangkat Baru
Hal tersebut tidak dipungkiri oleh Wadir Umum RSUD dr Soekardjo yang mengatakan angka kelebihan pegawai tersebut sebagaimana analisa jabatan dan analisa beban kerja (Anjab ABK) tahun 2021. Dimana secara bertahap RSUD melakukan pengurangan pegawai. “Tahun tahun-tahun sebelumnya juga kan ada (pengurangan pegawai), memang yang banyak itu kemarin karena pemasukan RSUD yang sangat menurun,” ungkapnya.
Maka dari itu, ke depannya pun pihak RSUD memang akan kembali melakukan pengurangan pegawai. Hanya saja pihaknya belum bisa memastikan untuk jumlah dan teknisnya. “Kita juga akan melihat dan menyesuaikan dengan perkembangan rumah sakit ke depannya,” imbuhnya
Akhir tahun 2022 lalu, pihak RSUD sudah menghentikan kontrak dengan dua orang pegawai. Tahun berikutnya, akhir 2023 rumah sakit kembali mengurangi pegawai sejumlah 6 orang.
Jika ditambah dengan 56 pegawai yang diberhentikan akhir tahun 2024, jumlah pengurangan belum sampai di angka 70 orang. Artinya masih ada sekitar 130 orang lagi yang secara bertahap akan diberhentikan.
Sebelumnya, Budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat mengatakan pihak rumah sakit menyicil masalah yang bisa menjadi bom waktu. Karena polemik serupa tentunya sangat bisa terjadi ketika pemberhentian kembali dilakukan. “Sekarang kan jadi riak, nanti selanjutnya riak lagi,” terangnya.
Dalam situasi tersebut, Tatang menilai akan terjadi gesekan antara pegawai yang bersaing tidak sehat. Karena mereka tidak ingin menjadi salah satu pegawai yang diberhentikan selanjutnya. “Jadinya tidak akan fokus bekerja, tapi sibuk mencari backup yang bisa menjamin kelangsungan pekerjaan mereka,” tuturnya.
Meskipun tidak ada penjelasan resmi, Tatang mengatakan sudah menjadi rahasia umum pegawai RSUD cukup banyak titipan pejabat. Artinya persaingan pegawai bisa merembet pada gesekan antar pejabat di luar rumah sakit. “Ini bisa jadi semakin melebar masalahnya,” imbuhnya.(rangga jatnika)