Tingkatkan Budaya Akademik dan Literasi Mahasiswa Melalui Bedah Buku

diskusi akademik universitas siliwangi
. Salah satu kelompok mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Linguans Academy mempresentasikan buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson, Sabtu (21/12/2024). (Fitriah Widayanti/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Unit Penunjang Akademik (UPA) Bahasa Universitas Siliwangi menggelar acara bedah buku Politik Pengetahuan karya Edward Said dan Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson di Langgam Pustaka Coffee and Book, Sabtu 21 Desember 2024.

Bedah buku yang dipresentasikan oleh sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Linguans Academy ini diselenggarakan dalam rangka mengembangkan budaya akademik di kalangan mahasiswa.

Dalam kegiatan tersebut dihadirkan beberapa orang juri, antara lain Bode Riswandi, dosen sekaligus seniman, Riska Syarofah, seorang akademisi, dan Sandy Abdul Wahab, Pemimpin Redaksi Radar Tasikmalaya.

Baca Juga:Apple Dikabarkan Siap Bangun Pabrik di Bandung dan Batam, Larangan Penjualan iPhone 16 Segera Dicabut?Pemerintah Bakal Hapus Utang UMKM di Bank BUMN Tahun 2025, Skemanya Begini

Kepala UPA Bahasa Unsil Soni Tantan Tandiana menjelaskan, para mahasiswa yang tergabung dalam komunitas tersebut merupakan mahasiswa terpilih dari berbagai fakultas yang dibina untuk dijadikan sebagai duta Bahasa dan Budaya Unsil.

“Mereka dilatih kemampuan berbagai bahasa dan wawasan, serta keterampilan dalam kebudayaan,” ujar Soni menjelaskan.

Para anggota, lanjut dia, juga dilatih dan diberikan pengalaman dalam berorganisasi dengan melibatkan mereka dalam merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan kegiatan.

“Sehingga diharapkan mereka memiliki kecakapan sosial, manajerial, serta mampu menggunakan kemampuan berpikir kritisnya dalam menyelesaikan berbagai tantangan atau permasalahan yang dihadapi,” terangnya.

Menurut Soni, pemilihan buku karya Edward Said dan Mark Manson didasarkan pada relevansi pemikiran kedua penulis tersebut dalam membangun perspektif kritis mahasiswa.

Selain itu, sebagai tokoh postkolonialisme, menurutnya, mereka selalu konsisten dengan idealisme mereka dalam memperjuangkan kebenaran yang hakiki.

“Edward Said mendefinisikan intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk mempresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap kepada publik dengan tujuan untuk meningkatkan kebebasan dan pengetahuan manusia,” tuturnya.

Baca Juga:Pinjaman Online Langsung Cair! Inilah Lima Kredit Tanpa Agunan dengan Limit Ratusan JutaLPS Siapkan Pembayaran Simpanan Nasabah BPR Kencana

Lebih lanjut, Said mengatakan, seorang intelektual harus terlibat langsung dalam kemasyarakatan, bukan yang berada di menara gading. Menurutnya, intelektual harus mempertahankan negara dengan kewaspadaan dan bertanggungjawab untuk tidak membiarkan kebenaran diselewengkan.

Dengan demikian, lanjutnya, seorang intelektual adalah benteng akal sehat yang kritis terhadap kekuasaan.

“Pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam bukunya cukup menarik karena memadukan pandangan filsafat barat dan filsafat Islam. Tentunya pemikirannya sesuai konteks kehidupan saat ini sehingga idealismenya perlu dipahami dan dimiliki oleh para mahasiswa,” ujarnya menjelaskan.

0 Komentar