KOMUNITAS Cermin menyajikan pertunjukan luar biasa pada Rabu malam, 18 Desember 2024. Teater berjudul “Roh” dibawakan dengan epic oleh para pelakon. Para penonton berdecak kagum. Ornamen dan jalan cerita yang dirangkai benar-benar memunculkan nuansa magis.
Penulis: Ayu Sabrina Barokah
Malam itu, ruang pementasan Komunitas Cermin penuh sesak oleh penonton yang ingin menyaksikan “Roh,” sebuah pementasan teater yang memikat karya Nunu Nazarudin dengan arahan sutradara Asmansyah Timutiah. Bukan hanya pertunjukan, tetapi juga perjalanan teatrikal yang dimulai sejak langkah pertama penonton memasuki ruang pertunjukan.
Lorong menuju ruang pementasan dirancang dengan cermat oleh tim artistik Komunitas Cermin. Setiap detailnya mengundang penonton untuk masuk ke dunia yang sureal, seolah langkah-langkah mereka adalah bagian dari cerita yang hendak disampaikan. Begitu memasuki ruang pertunjukan, panggung berbentuk tapal kuda menyambut mereka, lengkap dengan pencahayaan dramatis yang menonjolkan nuansa misterius dan filosofis.
Baca Juga:Pemerintah Bakal Hapus Utang UMKM di Bank BUMN Tahun 2025, Skemanya BeginiPinjaman Online Langsung Cair! Inilah Lima Kredit Tanpa Agunan dengan Limit Ratusan Juta
Di tengah panggung, bentangan kain yang menyerupai rahim menjadi pusat perhatian. Simbol ini memberikan lapisan makna yang mendalam, mengisyaratkan perjalanan kehidupan dan spiritualitas. Dua aktor dengan kepala plontos dan gerak tubuh yang terlatih menghidupkan panggung dengan eksplorasi ketubuhan yang luar biasa. Setiap gerakan mereka tampak terukur, seperti berbicara dalam bahasa tubuh yang penuh makna.
Sutradara menerapkan pendekatan surealisme, menghadirkan pengalaman teatrikal yang mengaburkan batas antara kenyataan dan imajinasi. Elemen-elemen simbolis dalam pementasan ini mengajak penonton untuk memaknai setiap adegan secara personal, memberikan ruang interpretasi yang luas.
“Seperti halnya surealisme dalam teater, pementasan “Roh” melampaui batas logika dan membawa penonton ke dunia simbolis yang sarat emosi,” kata sang sutradara yang akrab disapa Acong.
Distorsi suara aktor, yang diterapkan dengan metode Grotowski, menciptakan dimensi emosional yang intens. Suara yang tidak biasa itu menguatkan nuansa sureal, mempertegas pesan yang ingin disampaikan dalam setiap adegan. Transisi antar adegan berjalan mulus berkat pengarahan yang cermat, ditambah gimik visual dan simbolis yang efektif.
Musik tanpa tempo menjadi elemen penting dalam pementasan ini. Nada-nada yang mengalun perlahan tanpa irama pasti menciptakan suasana suspense yang terus meningkat, menuntun penonton hingga mencapai klimaks yang spektakuler. Kehadiran musik ini tidak hanya memperkuat atmosfer, tetapi juga menyatu dengan gerak tubuh aktor dan elemen visual lainnya.