TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sejak 2 Desember 2024, SMPN 2 Kota Tasikmalaya resmi melarang siswa membawa ponsel ke lingkungan sekolah. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan konsentrasi belajar sekaligus memperbaiki pola sosialisasi antar siswa yang dinilai terganggu oleh ketergantungan pada perangkat digital.
Kepala SMPN 2 Kota Tasikmalaya, Hj Affi Endah Navilah, MPd, menjelaskan bahwa kebijakan ini disepakati bersama orang tua siswa. Namun, sempat muncul keluhan terkait pemesanan transportasi online untuk siswa pulang sekolah.
“Banyak orang tua yang mengeluhkan bagaimana mereka bisa memesan transportasi untuk anak mereka yang tidak menggunakan angkutan umum atau dijemput orang tua,” ujar Affi.
Baca Juga:Anggota DPRD Kota Tasik Ini Sebut Kebijakan Kenaikan Gaji Guru Dinilai Masih Kurang Fair!7 Aplikasi Berbasis AI yang Cocok untuk Edit Video dengan Cepat dan Mudah
Untuk mengatasi hal tersebut, sekolah bekerja sama dengan Grab melalui layanan Grab for Business yang memungkinkan siswa memesan transportasi tanpa perlu menggunakan ponsel pribadi. “Kami melakukan uji coba dengan layanan Grab for Business. Jadi, siswa-siswa yang biasa menggunakan ojek online lain, bisa tetap memesan melalui sistem yang telah kami siapkan di call center,” jelas dia.
Pihak sekolah juga menyediakan call center khusus untuk mendukung kelancaran pemesanan transportasi dan mengantisipasi kendala. Selain itu, sosialisasi kebijakan dilakukan kepada guru dan wali kelas, sehingga komunikasi antara orang tua dan sekolah tetap terjaga.
Selama masa uji coba enam bulan, kebijakan ini akan dievaluasi untuk mengukur dampaknya terhadap pola hidup siswa. “Kami berharap ada perubahan signifikan dalam pola hidup anak remaja, terutama dalam cara mereka berinteraksi dengan teman-teman di sekolah,” katanya.
Selain larangan ponsel, SMPN 2 Kota Tasikmalaya juga berfokus meningkatkan budaya literasi dengan membenahi perpustakaan sekolah. Langkah ini bertujuan menjadikan perpustakaan terakreditasi sebagai perpustakaan digital modern.
“Kami sedang menambah koleksi buku, saat ini baru sekitar 1.500 judul, padahal kami menargetkan hingga 3.000 judul,” ujar Affi optimis.
Kebijakan ini mendapat banyak dukungan dari orang tua dan masyarakat. SMPN 2 Kota Tasikmalaya juga mengambil inspirasi dari negara-negara maju seperti Australia dan Finlandia yang telah lebih dulu melarang penggunaan ponsel di sekolah.
Ketua OSIS Ibrahim Sandi Wijaya dan seorang siswa, Annisa, mengaku merasakan dampak positif dari kebijakan ini. “Interaksi kami lebih banyak dengan teman-teman, bisa main Ludo, baca buku, atau bermain permainan tradisional lainnya,” ujar Annisa.