PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Empat ekor Banteng Jawa (Bos Javanicus) dilepasliarkan (reintroduksi) di lapangan Banteng Cagar Alam, Pananjung, Kabupaten Pangandaran.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Pangandaran Kusnadi mengatakan, empat Banteng Jawa yang didatangkan ke Cagar Alam Pangandaran diberi nama Uchi berjenis kelamin betina kelahiran 31 Agustus 2011.
Kemudian Banteng Jawa bernama Bindi jenis kelamin betina yang lahir 23 Juni 2018, Senta jenis kelamin jantan lahir 8 Agustus 2017 dan Bejo jenis kelamin jantan lahir 4 September 2017.
Baca Juga:Ribuan Orang Berebut 1.600 Formasi PPPK Garut, Masuk Tahap Tes CAT2.207 Peserta Telah Jalani Tes PPPK Pangandaran, Akan Berebut Ratusan Formasi
Keempat ekor Banteng Jawa tersebut datang ke Cagar Alam Pangandaran Jawa Barat dengan hari yang berbeda.
Ia mengatakan, pelepasan Banteng Jawa dalam rangka reintroduksi hewan mamalia tersebut.
“Ada dua jantan dari Bali, kemudian satu ekor betina dari Bogor dan satu ekor betina dari kebun binatang dan pelepasan dua ekor elang brontok serta empat ekor landak,” katanya kepada Radar, Rabu 11 Desember 2024.
Dia mengatakan, elang brontok dan elang jawa bukan satu sejenis. Dari segi ukuruan pun berbeda, ada ciri khasnya masing-masing.
“Semuanya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, karena hewan banteng ini berasal dari taman safari, bukan Cagar Alam yang liar,” ucapnya.
Ia mengatakan, hewan-hewan tersebut sudah cukup jinak, karena sebelumnya tinggal di kebun binatang. “Ya mudah-mudahan ke depan ada penambahan banteng,” ungkapnya.
Pelepasan banteng dilakukan secara simbolik oleh Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni. Ia bersykur bisa melepasliarkan empat banteng.
“Kita dapat dari Taman Safari, Cisarua, Bali dan Pasuruan,” katanya.
Baca Juga:Sungai Citanduy Mengalir Deras, Tanggul Tergerus Bikin Panik Warga PangandaranAngin Kencang, Pohon Tumbang Timpa 2 Rumah di Pangandaran
Ia berharap banteng-banteng tersebut bisa bertahan di padang savana lapangan banteng. “Dan tentunya bisa berkembang biak,” ujarnya. (Deni Nurdiansah)