TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Persoalan pencemaran air di wilayah Kelurahan Tamansari sudah bergulir cukup lama.
Catatan Radar, masalah ini sudah berlangsung 48 hari sejak pertamakali beritanya diturunkan pada 22 Oktober 2024.
Kala itu warga mengeluh gatal-gatal dan puluhan kilogram ikan di kolam mati mendadak, yang diduga akibat tercemarnya aliran air di Sungai Cipajaran, sebagai satu-satunya sumber air warga untuk mandi, cuci, kakus (MCK).
Baca Juga:Anggota DPRD Kota Tasik Ini Sebut Kebijakan Kenaikan Gaji Guru Dinilai Masih Kurang Fair!7 Aplikasi Berbasis AI yang Cocok untuk Edit Video dengan Cepat dan Mudah
Namun, sejak saat itu pula, belum ada langka konkret untuk mengatasi persoalan itu. Dinas Lingkungan Hidup pernah membuat rembugan dengan warga yang juga dihadiri perwakilan pemilik pabrik daur ulang plastik.
Hal ini lantaran warga menduga salah satu faktor pencemaran juga adalah limbah dari pabrik yang mengalir ke sungai. Dugaan ini muncul setelah warga melihat banyak cacahan kecil sampah di sungai. Namun sampai saat ini belum ada pemecahan persoalan.
Tanggapan Pemerintah
Dalam beberapa pernyataan publik, Pemerintah Kota Tasikmalaya mengklaim telah melakukan berbagai upaya untuk menangani pencemaran air di Tamansari.
Seperti mengadakan rapat koordinasi lintas sektor hingga survei lapangan. Namun, hingga saat ini hasil investigasi belum dipublikasikan.
“Kami DLH tidak diam menangani pencemaran ini ya. Pertama, telah menaburkan probiotik setiap minggu untuk mengurangi kadar polutan yang, memang air tidak semata-mata berubah menjadi bening. Tapi dengan adanya penaburan probiotik yang sudah tersertifikasi, itu bisa mengurangi polutannya, pencemarannya,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Deni Diyana beberapa waktu lalu.
Deni juga mengakui kondisi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) TPA Ciangir yang saat ini tidak dalam kondisi mumpuni. Sehingga mengakibatkan kebocoran limbah yang mengalir ke sungai.
Ia beralasan masalah ini juga disebabkan terus bertambahnya volume sampah, sementara kapasitas kolam IPAL tak mampu lagi menampungnya.
Baca Juga:UBK Tasikmalaya Edukasi Remaja tentang Pencegahan Kanker ServiksKerjasama DJPK dan LPPM Unsil, BUMDes Goes to Campus Dorong Kemajuan Ekonomi Desa
“Memang kondisi IPAL saat ini kan istilahnya, sampah setiap hari kan bertambah. Kondisi IPAL-nya itu belum ada pengembangan. Sehingga, kemungkinan memang limpasan dari IPAL tersebut masuk ke air permukaan di pemukiman di bawahnya. Namun demikian Dinas Lingkungan Hidup telah merencanakan beberapa upaya dan telah melaksanakan juga menebarkan probiotik dan memasukkan ecoenzyme di sekitar sampah dan juga IPAL,” paparnya.