TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Upaya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir mengatasi pencemaran air melalui penaburan probiotik di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terpaksa terhenti.
Minimnya anggaran menjadi penyebab utama terhentinya program tersebut, meski dampak pencemaran lingkungan akibat limbah TPA terhadap air warga masih menjadi keluhan serius.
Kepala UPTD TPA Ciangir, Deni Indra, menjelaskan bahwa program penaburan probiotik yang dimulai pada awal tahun ini bertujuan untuk mengurangi kandungan limbah organik dan menekan bau yang mencemari lingkungan sekitar. Namun, proses tersebut terhenti setelah beberapa kali karena keterbatasan dana operasional.
Baca Juga:7 Aplikasi Berbasis AI yang Cocok untuk Edit Video dengan Cepat dan MudahUBK Tasikmalaya Edukasi Remaja tentang Pencegahan Kanker Serviks
“Untuk sementara nunggu anggaran baru. Karena yang kemarin juga insidentil, di luar anggaran,” ujar Deni kepada Radar, Kamis 5 Desember 2024.
Begitupun disampaikan Kepala Dinas LH Kota Tasikmalaya, Deni Diyana, upaya penaburan probiotik itu kini terhenti dan mengandalkan ecoenzyme.
“Kami DLH tidak diam menangani pencemaran ini ya. Pertama, telah menaburkan probiotik setiap minggu untuk mengurangi kadar polutan yang memang air tidak semata-mata berubah menjadi bening. Tapi dengan adanya penaburan probiotik yang sudah tersertifikasi, itu bisa mengurangi polutannya, pencemarannya,” ungkapnya.
Dia menyatakan pihaknya sedang mencari solusi agar pengelolaan IPAL di TPA Ciangir dapat berjalan lebih optimal.
“Memang kondisi IPAL saat ini kan istilahnya, sampah setiap hari kan bertambah. Kondisi IPAL-nya itu belum ada pengembangan. Sehingga, kemungkinan memang limpasan dari IPAL tersebut masuk ke air permukaan di pemukiman di bawahnya. Namun demikian Dinas Lingkungan Hidup telah merencanakan beberapa upaya dan telah melaksanakan juga menebarkan probiotik dan memasukkan ecoenzyme di sekitar sampah dan juga IPAL,” katanya.
Di sisi lain, warga sekitar TPA Ciangir masih merasakan dampak dari pencemaran yang diduga berasal dari limbah cair TPA.
Beberapa warga mengeluhkan kondisi air sumur yang berubah warna dan berbau tidak sedap. Meski seiring dengan intensitas hujan deras yang turun selama sepekan ini di Kota Tasikmalaya, membuat warna tidak lagi berwarna gelap.