“DLH perlu menunjukkan data uji coba serta menjelaskan kepada publik tentang efektivitas probiotik yang mereka gunakan. Tanpa transparansi, sulit bagi kami untuk memastikan bahwa kebijakan ini benar-benar berbasis ilmiah,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas LH Kota Tasikmalaya, Deni Diyana, menjelaskan bahwa penggunaan probiotik ini merupakan salah satu inovasi untuk mengurangi dampak lingkungan dari limbah di TPA. Namun pemakaiannya telah terhenti, lantaran stok yang kian menipis.
“Untuk minggu ini stok probiotiknya habis. Lagi masih pesan lagi. Sementara diganti dengan Eco Enzyme,” ujarnya.
Baca Juga:7 Aplikasi Berbasis AI yang Cocok untuk Edit Video dengan Cepat dan MudahUBK Tasikmalaya Edukasi Remaja tentang Pencegahan Kanker Serviks
Diketahui UPTD Pengelola TPA Ciangir pada Dinas LH Kota Tasikmalaya, menaburkan 40 liter probiotik setiap pekannya, setelah diduga menjadi sebab pencemaran lingkungan yang merugikan mata air dan sungai sekitar pemukiman warga Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari. (Ayu Sabrina)