Cerita Pendaki Jarambah QC Tasikmalaya 20 Hari di Gunung Balease

Pendaki gunung, jarambah tasikmalaya, gunung balease
Komunitas Pecinta Alam Jarambah QC usai Tasyakur si Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya atas selesainya ekspedisi Ewako Karoue yang dilaksanakan oleh 3 pendakinya yang sempat lost conta t di Gunung Balease.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Tiga pendaki Gunung Balease yang sempat lost contact, kini sudah berada di Kota Tasikmalaya. Meskipun sempat dianggap tersesat, mereka menilai hanya terlambat dalam perjalanan turun.

Sebagaimana diketahui, mereka adalah Tantan Trianasaputra (56), Maman permana (49) dan Yudiana (46). Ketiganya sudah tiba di Sekretariat Jarambah QC Tasikmalaya pada Sabtu pagi (30/11/2024).

Jarambah QC menyelenggarakan syukuran kedatangan 3 pendaki senior mereka di Gedung Kesenian Komplek Dadaha, Minggu (1/12/2024). Sebagai simbolis, keluarga mereka memberikan suapan tumpeng dan juga pelukan.

Baca Juga:Demo Berjilid-Jilid Lawan Money Politic di Pilkada Kota Tasikmalaya, Aktivis Siap Membuktikan!Tiga Pendaki Gunung Balease Kembali Pulang ke Tasikmalaya

Para pendaki juga membagikan cerita perjalanan pendakian gunung atau ekspedisi Ewako Karoue. Di mana hal itu disampaikan oleh Tantan yang tergolong paling senior.

Trio pendaki Jarambah QC itu mulai mendaki pada 6 November 2024. Berdasarkan Rencana Operasional Pendakian (ROP), diperkirakan pendakian akan memakan waktu selama 10 hari dan sebagai antisipasi, mereka membawa pembekalan tambahan 60%. “Artinya pembekalan kita cukup untuk 16 hari,” ungkapnya.

Normalnya pendakian ke puncak Karoue itu bisa ditempuh selama 7 hari. Realitanya, kondisi trek membuat perjalanan mereka terlambat sampai 12 hari sampai di puncak. “Karena banyak rintangan-rintangannya,” ucapnya.

Beberapa rintangan yang dimaksud yakni kondisi punggungan yang membuat trek tidak mudah dilewati. Ditambah faktor cuaca dengan kondisi pohon yang relatif mudah tumbang karena kondisi alam yang berbeda dengan pegunungan jawa. “Enggak hujan saja pohon di sana mudah roboh,” tuturnya.

Maka dari itu mereka bertiga harus memotong pepohonan yang menghalangi trek pendakian. Persoalannya, pemotongannya bukan hal mudah karena tidak bisa ditebas begitu saja. “Nggak bisa ditebas, tapoi digergaji,” katanya.

Saat itu, pembekalan yang dimiliki normalnya akan habis dalam 4 hari ke depan. Karena perjalanan turun masih panjang, mereka harus menggunakannya seefisien mungkin agar cukup sekitar 8 hari. “Masih ada speer (pembekalan) 4 hari,” ucapnya.

Melihat pembekalan yang terbatas, dia menargetkan akan cukup sampai di pos 3. Menurutnya upaya survival di wilayah tersebut akan lebih ringan karena banyak potensi tumbuhan untuk dimakan. “Ada pakis, pinang, biasa ditemukan daerah penduduk,” ucapnya.

0 Komentar