Warga Sinargalih Kecamatan Tamansari Kembali Gunakan Air yang Tercemar Sebulan Lalu

pencemaran air
Salah seorang warga menutup hidung saat melihat klndisi kolam ikan dan sumur saat tercemar sebulan lalu. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Sebagian warga di Kelurahan Tamansari mulai kembali menggunakan air yang sebulan lalu dinyatakan tercemar oleh limbah TPA dan pabrik daur ulang plastik.

Meski kondisi air mulai membaik, beberapa ahli mengingatkan potensi bahaya residu bahan kimia atau mikroba yang mungkin masih tersisa.

Penggunaan air tanpa pengujian lebih lanjut untuk kebutuhan rumah tangga, seperti memasak dan minum, dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan, termasuk penyakit kulit dan gangguan pencernaan. Warga berharap ada tindak lanjut yang lebih menyeluruh dari pemerintah untuk memastikan air benar-benar aman digunakan.

Baca Juga:Pejabat Dimutasi, Anggaran Ikut PindahSahabat Muda Ivan-Dede Sebut Publik Jangan Salah Pilih di Pilkada Kota Tasik!

Selain karena kondisi fisik air tampak lebih jernih dari sebelumnya, warga kembali menggunakannya, lantaran bantuan air bersih sudah tidak lagi diterima mereka sejak pengiriman awal yang hanya dua kali.

“Teu aya mung harita we hungkul bantosan cai mah (Tidak ada lagi hanya waktu itu saja bantuan air datang),” kata Umar, salah seorang warga RW 7 Kampung Sinargalih, Tamansari, Kamis (21/11/2024).

Kondisi itu diungkapnya setelah melihat sumur air yang digunakan warga, tampak lebih jernih seiring dengan intensnya hujan turun pada wilayah tersebut. “Uhun sumur nu kapungkur ai musim hujan mah tos herang moal aya masalah teh ke aya deui nuju musim kemarau. Rutin tiap tahun kitu (Iya sumur yang dulu, kalau musim hujan sudah jernih gak akan ada masalah, ada masalah lagi nanti kalau musim kemarau. Rutin tiap tahun begitu, red),” terangnya.

Diakui Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya, Deni Diyana, bahwa distribusi air memang dihentikan lantaran intensitas hujan turun sepekan terakhir. “Distribusi bantuan air bersih sepertinya dihentikan dulu karena sudah mulai turun hujan,” jelas Deni.

Pencemaran yang berlangsung dalam waktu lama atau sangat parah meningkatkan risiko kerusakan lingkungan dan kesehatan. Meski pencemaran telah dihentikan, residu atau jejak bahan berbahaya mungkin masih tersisa.

Pernyataan ini selaras dengan ungkapan Deni saat ditanya ihwal rencana waktu pengambilan sampel untuk dibawa ke laboratorium, membuktikan kandungan yang ada hingga mencemari air. Ia mengatakan tidak akan terlambat, meski sampai saat ini belum kunjung dilakukan. “Masih bisa. Tidak terlambat,” kata Deni.

0 Komentar