TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Wanita lansia asal Riung Asih RT 3 RW 13 Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung, Onah (71) hidup dalam rasa waswas di musim hujan ini. Pasalnya dia tinggal sendirian di rumahnya yang terbilang sudah tidak layak huni.
Saat hujan pada Senin sore (17/11/2024), sekitar pukul 14.30 atap bagian depan rumah Onah ambruk secara tiba-tiba. Dia yang sedang berada di dalam rumah pun langsung terkaget. “Ada suara kretek-kretek, terus langsung (genting depan) ambruk,” ujarnya kepada Radar.
Tim dari BPBD beserta Tagana Dinsos Kota Tasikmalaya sudah mendatangi rumah Onah dan memberikan bantuan kebutuhan darurat. Sekaligus membenahi atap rumah yang yang ambruk tersebut.
Baca Juga:Santri Siap Lawan Politik Uang di Pilkada Kota Tasikmalaya KH Achef: Kita Sadar, Sudah Lama Kita Tertipu!Nurhayati-Muslim Janji Gratiskan PBB Untuk Rakyat Kecil di Kota Tasikmalaya
Pantauan Radar, rumah berukuran sekitar 5×7 meter itu bagian atapnya sudah berantakan dan sebagian plafon anyaman bambunya sudah terlepas dari tempatnya. Di dalamnya terdapat ruang tengah yang menyatu dengan kamar, ditambah dapur juga jamban.
Suami Onah sudah meninggal sekitar tahun 1987 silam dan dia membesarkan anak tunggalnya sebagai single parent. Saat ini anaknya sudah berumah tangga dan sedikit banyak membantunya mencukupi kebutuhan sehari-hari. “Saya juga enggak mau merepotkan anak,” terangnya.
Onah menyebutkan bahwa rumah tersebut dibangun sekitar tahun 1990 sehingga materialnya masih terbuat dari kayu. Saat itu area tersebut belum menjadi kawasan pemukiman padat penduduk. “Dulu hanya rumah ini saja, pinggirnya sawah,” tuturnya.
Sejak dibangun rumah itu belum pernah direnovasi meskipun kondisinya dia akui sudah tidak layak. Karena setiap hujan, sudah dipastikan dia harus berdampingan dengan cucuran air yang tembus dari atap rumahnya. “Kalau hujan ya pasti bocor,” katanya.
Beberapa bagian atap rumah itu pun sudah dia tambal dengan karpet plastik bekas untuk mengurangi bocor. Untungnya rumah bermaterial kayu dan bambu itu di samping kiri dan belakangnya menempel ke dinding tembok tetangga yang sedikit banyak jadi penopang.
Keseharian Onah yakni berjualan lepet alis leupeut yang dititipkan di warung, untuk kebutuhan sehari-hari memang terbilang cukup. Namun untuk memperbaiki rumah, kemampuan ekonominya dirasa belum sanggup. “Untuk makan ada, kalau betulin rumah enggak,” ucapnya.