Mahasiswa Administrasi Negara itu, menyebutkan siding istimewa yang digelar di kampusnya tersebut merupakan contoh miniatur ‘kuasa’ demokrasi seharusnya berlaku. Ia berharap pemimpin di daerah pun, seyogyanya tidak antikritik dan bisa bertanggungjawab ketika melakukan kesalahan.
“Ini merupakan momentum baik. Hari ini di kampus dan di negara sedang dilakukan pemilihan pemimpin, di kampus sedang open recruitment pendaftaran calon presiden mahasiswa, dan di negara sedang masa kampanye pemilihan kepala daerah. Seyogyanya para calon pemimpin kita harus melihat hikmah dari kejadian di kampus STIA ini. Bahwa menjadi pemimpin adalah bukan soal gaya, tetapi soal integritas dan komitmen,” pungkasnya. (Ayu Sabrina)