TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tasikmalaya tengah melakukan pengkajian ulang pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Hal itu sejalan dengan persiapan revitalisasi yang rencananya bakal dilakukan pada tahun 2025.
Revitalisasi IPAL itu diungkapkan Kepala Dinas LH Kota Tasikmalaya, Deni Diana sebagai upaya solusi jangka panjang, mencegah pencemaran lingkungan di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir kembali terulang.
“(Ngambil) sampel dari IPAL TPA. Tujuanya untuk membuat perencanaan teknis revitalisasi IPAL yang akan dilaksanakan tahun depan,” kata Deni kepada Radar, Jumat (8/11/24).
Baca Juga:Tim Dosen UBK Tasikmalaya Teliti Bolu Kukus Daun Kelor sebagai Booster ASI untuk Ibu MenyusuiPemberian Dimsum Booster Diyakini Bisa Atasi Stunting
Namun revitalisasi itu memerlukan biaya yang besar. Deni menyebut setidaknya butuhkan Rp 6 Miliar untuk memperbaiki IPAL dan memastikan sistem bekerja dengan lebih efektif, efisien, serta memenuhi standar lingkungan yang berlaku.
“Kalau menurut RAB konsultan, diperlukan biaya sekitar Rp 6 Miliar. Namun bisa dilakukan pembangunan bertahap. Jadi untuk tahun depan saya mengajukan Rp 2,5 Miliar dulu,” sebutnya.
Selama ini, kata dia, proses revitalisasi IPAL tertahan lantaran Pemerintah Kota Tasikmalaya tidak punya cukup anggaran untuk membayarnya. “Karena pemkot baru bisa menyediakan anggaran yang cukup tahun 2025,” ujar Deni.
Revitalisasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat penting, terutama untuk keberlanjutan lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, dan efisiensi pengelolaan sumber daya air. Diantaranya untuk melindungi kualitas air, mengurangi dampak lingkungan, mencegah penyakit, efisiensi penggunaan sumber daya, mematuhi regulasi lingkungan, penghematan biaya jangka panjang.
Diungkapkan Plt Kepala UPTD Pengelola TPA Ciangir, Deni Indra, selain menunggu hasil pengkajian konsultan baru, untuk saat ini hanya bisa menaburkan probiotik secara berkala setiap pekannya.
Solusi itu dilakukan untuk mempercepat proses biodegradasi limbah organik, mengurangi bau tidak sedap, hingga jadi solusi yang ramah lingkungan untuk meningkatkan efektivitas pengolahan air limbah. Manfaatnya berpotensi besar untuk mengurangi biaya operasional serta dampak pencemaran terhadap lingkungan.(Ayu Sabrina)