Analisa Mahasiswa, Pengelolaan Sampah di Kota Tasikmalaya Butuh Peran Ulama

Masalah sampah, daur ulang sampah, penanganan sampah tasikmalaya
Mahasiswa Unsil Tasikmalaya yang dilibatkan dalam Program Kali Bersih (Prokasih) menyampaikan hasil analisanya mengenai penanganan sampah kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kamis (8/11/2024)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pandangan sampah dikumpulkan dan dibuang masih menjadi stigma yang kuat di masyarakat, bukan dikelola. Butuh peran tokoh masyarakat khususnya ulama guna membangun pemahaman dan kesadaran warga lebih baik lagi.

Hal tersebut menjadi bahan evaluasi dan kajian para Mahasiswa Unsil Tasikmalaya yang bergabung dalam Program Kali Bersih (Prokasih). Mereka yang sudah melakukan pembersihan sungai Cimulu dan edukasi masyarakat menemukan beberapa persoalan yang perlu diperbaiki.

Amini Isti Qomariah mengatakan bahwa pemahaman warga dalam memisahkan sampah menurutnya sudah cukup baik, namun dengan pola pikir bahwa sampah itu harus dibuang. Cukup sulit untuk membuat warga bisa mengolah sampah di rumah masing-masing. “Jadi yang penting sampah itu dikumpulkan untuk dibuang,” ucapnya.

Baca Juga:KH Aminudin Disebut Kandidat Tak Berduit, Netizen: Ulah Sieun Batur Mah Loba Duit, Urang Mah Loba Iman! TPS Roboh Saat Pilpres Jadi Bahan Evaluasi di Pilkada Kota Tasikmalaya

Untuk sebagian masyarakat masih punya semangat untuk gotong-royong bersih-bersih lingkungan. Bahkan saat dia dan rekan-rekannya turun ke sungai, warga ikut terpacu untuk ikut turun. “Jadi harus ada tokoh penggerak supaya bisa terus berkelanjutan,” katanya.

Hal serupa juga diungkapkan Ahmad Gilman Matin yang menilai bahwa masyarakat butuh penggerak. Selain aksi bersih-bersih dan memilah sampah, juga untuk mengelolanya supaya bisa dimanfaatkan.

“Kesadarannya sudah ada ketika diajak bergerak, tapi polanya masih bersih-bersih dan sampahnya ditumpuk untuk diangkut oleh pemerintah,” katanya.

Tokoh paling didengar oleh warga menurutnya adalah figur ulama. Maka dari itu menurutnya jika ulama ikut menggerakan warga untuk menjaga lingkungan dan mengelola sampah, itu akan lebih efektif. “Karena saya lihat ulama itu lebih didengar oleh warga,” ucapnya.

Aldin Alfariji juga sependapat soal peranan tokoh tersebut, namun perlu juga perhatian dan pengawasan dari pemerintah. Bisa itu dinas, lurah dan camat setempat supaya upaya menjaga lingkungan dari pemerintah bukan sekadar formalitas. “Jadi hubungan pemerintah dengan warga juga harus terus dijalin, sambil pengawasan juga,” tuturnya.

Sementara Azka Maulana Abdillah melihat harapan sinergitas pemerintah dan masyarakat masih ada dalam upaya menjaga lingkungan. Karena dia melihat di sebagian warga sudah ada yang punya kemauan untuk mengelola sampah. “Misal botol plastik bekas dimanfaatkan menjadi pot,” ujarnya.

0 Komentar