“Ti payun mah bade ngadamel pabrik plastik teh warga mah terangeuna teh bade ngadameul sepertos baskom sanes ngolah limbah kieu. Malah ngabebenjona teh aya sabaraha jalmi nu didameulkeun na teh ibu-ibu. Duka sabaraha kali gajihan langsung digentos ku pameuget saurna (dulu waktu mau bangun pabrik plastik warga itu tahunya mau bikin seperti baskom, bukan ngolah limbah seperti ini. Malah ngasi iming-imingnya ada beberapa orang yang dipekerjakan yaitu ibu-ibu. Kurang tahu sampai berapa kali gajian, langsung diganti lagi sama laki-laki katanya, red),” kata Usman.
Ia menegaskan bahwa keberatan warga soal pabrik daur ulang itu adalah menyangkut banyaknya cacahan plastik yang sering hanyut ke saluran air.
Sehingga mengganggu aktivitas warga yang sehari-hari turut menggunakan air dari aliran Sungai Cipajaran untuk mencuci dan mandi.
Baca Juga:Tim Dosen UBK Tasikmalaya Teliti Bolu Kukus Daun Kelor sebagai Booster ASI untuk Ibu MenyusuiPemberian Dimsum Booster Diyakini Bisa Atasi Stunting
“Warga keberatan soalna pami limbah di buang na teh rambang bubuk karung teh,” terangnya.
Sementara itu, dari pihak pengelola pabrik sendiri hingga kini tidak ada yang bersedia memberikan keterangan. Termasuk Romdoni Maftuh, yang mengakui bahwa pabrik itu adalah milik keluarganya.
Ia lebih memilih bungkam daripada memberikan penjelasan. Beberapa kali ditemui Radar, ia menolak keterangannya dikutip. (Ayu Sabrina)