TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Ratusan ton sampah yang dihasilkan tiap hari tanpa pengelolaan yang baik turut mendegradasi lingkungan hidup.
Sampah menyebabkan banyak kasus penyakit, penurunan kualitas tanah dan air karena pencemaran, hingga kerugian ekonomi yang tidak sedikit.
Untuk mencegah itu, salah satunya dengan memastikan fungsi Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan baik. IPAL itu penting untuk menjaga aliran sungai agar tidak tercemar.
Baca Juga:Tim Dosen UBK Tasikmalaya Teliti Bolu Kukus Daun Kelor sebagai Booster ASI untuk Ibu MenyusuiPemberian Dimsum Booster Diyakini Bisa Atasi Stunting
Secara umum, teknologi di IPAL berfungsi untuk mengolah limbah rumah tangga, baik blackwater (air hitam) berupa kotoran maupun grey water (air abu-abu), yakni air bekas cuci, mandi, dan kakus. Semuanya lantas diproses dengan anaerobic baffled reactor (ABR) serta sistem penyaringan dan pengelolaan air.
Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir, kapasitas penggunaan IPAL masih menggunakan kajian tahun 2013 lalu.
Hal itu diakui Plt Kepala UPTD Pengelola TPA Ciangir, Deni Indra, yang saat ini tengah gencar menabur 20 liter probiotik setiap minggunya.
Ia menyebut tindakan itu sebagai respons cepat mengatasi akibat pencemaran lingkungan.
Bahkan, pihaknya menurunkan tim konsultan asal Bandung, untuk memperbarui kajian IPAL tersebut. Hal itu juga menandakan, Kota Tasikmalaya memerlukan instalasi pengolahan air limbah yang berkapasitas perkotaan dalam jumlah banyak.
“Tujuannya membuat kajian, supaya air lindi yang ada bisa memenuhi standar baku mutu limbah,” kata Deni kepada Radar, Kamis 7 November 2024.
Namun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tidak mengambil sampel air, yang menjadi bahan pembuktian penyebab tercemarnya air di lingkungan warga.
Baca Juga:Muslim Serap Aspirasi Warga Kelurahan Setiawargi yang Ingin Wilayahnya Kembali Jadi Desa Agar Dapat Dana DesaLima Siswa Terbang ke Hongkong Usai Menangkan Kompetisi Seni Keluarga Faber-Castell 2023/2024
Di sisi lain, warga berharap Pemerintah Kota Tasikmalaya, bisa menemukan penyebab utamanya dan mencegah kejadian serupa terjadi.
Begitupun Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, yang belum merespons saran dari Dosen Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya dan Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat, untuk menguji sampel air ke laboratorium kesehatan daerah (Labkesda).
Hal itu dinilai perlu, sebab ada dua ingatan pada warga penyebab tercemarnya air mereka.
Antara kebocoran IPAL di TPA Ciangir atau pabrik daur ulang plastik. Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, tim konsultan asal Bandung itu sempat datang menengok pabrik.