TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dosen Universitas Siliwangi, Budi Riswandi, mencatat beberapa kekurangan pada debat publik pertama calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Tasikmalaya, yang digelar di Hotel Grand Metro Sabtu malam 2 November.
Kelima paslon dinilai tak bisa memanfaatkan waktu selama empat jam tersebut secara maksimal untuk menunjukkan citra yang baik melalui public speaking.
Budayawan yang akrab disapa Bode itu melihat kelima pasangan calon masih belum mengeluarkan usaha maksimal mereka
Baca Juga:Nurhayati-Muslim Janjikan Bantuan Rp 600 Ribu Per Siswa untuk Tangani PendidikanIni Cara Paslon Yanto-Amin Atasi Kekurangan Anggaran di Kota Tasikmalaya!
“Untuk debat pertama mungkin mereka masih menyiapkan kuda-kuda, walaupun saya melihat secara gestur untuk wacana debat ini belum masuk secara gestur yah,” kata Bode usai menyaksikan debat publik.
Padahal menurutnya, public speaking akan jadi referensi masyarakat dalam menilai setiap paslon. Ia pun menaksir adu gagasan antar paslon ini, akan memanas pada debat kedua yabg dijadwalkan tanggal 12 November mendatang.
“Karena bagaimana paslon ketika memberikan pertanyaan kepada lawannya kemudian ditanggapi, persoalan menanggapi baca teks itu bukan bagian dari persoalan debat. Tapi ini sebuah bagian rencana awal untuk disiapkan kuda-kudanya nanti di debat kedua,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti para calon kepala daerah itu, yang sibuk dengan catatan atau contekan saat menghadapi materi debat.
“Persoalannya ide dan gagasan yang ditawari itu tidak hanya cukup dengan tulisan begini, justru ucapan-ucapan didepan publik itu yang paling penting, salah satunya panggung debat hari ini. Mestinya itu dimanfaatkan serius mungkin oleh para Paslon sebagai ajang, bagaimana citra itu dibangun lewat ruang publik tadi,” tuturnya.
Sebagai akademisi, ia berharap pada debat kandidat yang kedua nanti para paslon bisa mengulas dan mengevaluasi hasil yang terjadi pada debat pertama.
“Saya usulkan para Paslon itu harus ada coaching clinic untuk penguasaan publik speaking. Saya ga bisa nilai. Semuanya oke, ya itu tadi catatannya pengolahan publik speaking itu penting bagi para Paslon, supaya teksi itu tidak supaya penghambat citra ekspresi para calon,” tandasnya.
Baca Juga:Ivan-Dede Janjikan Pelayanan Kesehatan Kelas 3 Gratis, Cukup Tunjukkan KTP!Kunjungi Yayasan Daarul Ihsan, OJK dan BRI Cabang Tasikmalaya Peduli terhadap Pemulihan Kesehatan Mental
Bode bahkan mengaku miris, beberapa kali terdengar tanya jawab antar paslon yang tidak nyambung. Seolah ‘asal bunyi’ (asbun), paslon dinilai tak bisa menangkap pertanyaan lawannya dengan baik.