TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Dalam debat pasangan calon di Pilkada, para kandidat atau pasangan calon memang diharuskan menjawab pertanyaan yang sebelumnya dibuat oleh panelis. Namun pada pelaksanaan debatnya, kehadiran para hanya sebatas mengambil undian.
Hal itu terjadi di semua daerah yang menyelenggarakan Pilkada, termasuk di Kota Tasikmalaya yang melaksanakan debat pada Sabtu (2/11/2024) di Hotel Grand Metro. Di mana pasangan calon masing-masing menjawab 2 pertanyaan yang sebelumnya dibuat oleh panelis.
KPU Kota Tasikmalaya melibatkan 5 orang panelis yang rata-rata merupakan akademisi di sejumlah kampus. Mereka adalah Dr H Pepep Puad Muslim MSI dari Institut Nahdlatul Ulama (INU) Tasikmalaya, Prof Muradi SS MSi MSc PHd dari Unpad, Prof Moh Taufiq Rahman MA PhD dari UIN Sunan Gunung Djati, Dr Aip Syarifudin MPdI dari Universitas Muhammadiyah Cirebon dan Dr Edy Suroso SE MSi CSBA dari Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Baca Juga:Yanto-Amin Singgung Program Bantuan Rp 50 Juta per RW dari Ivan-Dede Dalam Debat Kandidat Pilkada Kota TasikDebat Pilkada Kota Tasikmalaya, Nurhayati Paparkan Visi Misi, Muslim: Tasik Beres
Mengenai debat Pilkada ini, akademisi sekaligus Rektor Institut Agama Islam Tasikmalaya (IAIT) Dr Abdul Haris MPd menilai agenda ini memiliki pola yang persis seperti debat Pilpres. Selain menjawab pertanyaan panelis, pasangan calon diberikan kesempatan saling bertanya satu sama lain. “Pola nya sama dengan yg telah dilakukan oleh KPU RI waktu debat Capres,” ungkapnya yang juga hadir pada acara debat.
Perlu menjadi bahan evaluasi, menurutnya dalam debat pilkada tidak perlu ada sesi saling bertanya antar pasangan calon. Pasalnya masing-masing memiliki subjektivitas dan berpotensi menimbulkan perseteruan atau gesekan politik. “Bisa dendam kepada yang bertanya yang memojokan karena merasa sakit hati dan merasa malu,” ucapnya.
Maka dari itu, menurutnya sesi saling bertanya itu perlu dihilangkan. Pertanyaan untuk pendalaman visi misi menurutnya bisa dilakukan oleh panelis yang secara status lebih independen. “Panelis kan independen dan rata-rata orang terdidik dari kampus atau intelektual,” ucapnya.
Pihaknya sangat menyayangkan kehadiran panelis di lokasi debat hanya sebatas mengambil amplop undian. Meskipun pertanyaan itu mereka mereka yang buat, namun bisa diberdayakan lebih maksimal untuk menguji visi misi dan gagasan pasangan calon. “Masa datang dari jauh, profesor, atau intelektual dikasih tugas hanya mengambil undian,” terangnya.