TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Menyambut Tahun Baru 2025, para seniman Tasikmalaya menggelar festival seni yang dinamai Syukur Waktu pada Rabu, 30 Oktober 2024. Kegiatan ini akan berlangsung hingga 31 Desember mendatang.
Syukur Waktu merupakan festival seni tahunan yang secara rutin digelar setiap akhir tahun. Tahun ini, merupakan gelaran Syukur Waktu yang ke-13.
Sebelum memulai rangkaian acara Syukur Waktu ke-13, Komunitas Cermin Tasikmalaya menggelar doa bersama dan tawasulan untuk mendiang seniman di Tasikmalaya.
Baca Juga:Biaya PLPG Tiba-Tiba Bertambah, Peserta dari Kabupaten Ciamis Merasa Aneh!Dosen Faperta Unigal Berdayakan Gapoktan Lewat Penerapan Alat Terintegrasi serta Hilirisasi Produk Pertanian
“Komunitas Cermin Tasikmalaya (KCT) dalam mengawali agenda tahunannya, Festival Seni Akhir Tahun Syukur Waktu 13 Tasikmalaya 2024, selalu mengadakan terlebih dahulu acara doa bersama dan tawasulan untuk para sesepuh atau kawan-kawan kita yang telah lebih dahulu meninggalkan dunia,” kata Ashmansyah Timutiah, ketua KCT.
Setidaknya ada 26 seniman yang telah meninggal dunia, namanya disebut dalam kesempatan doa bersama pada Rabu (30/10) malam di Studio KCT. Seniman yang akrab disapa Acong mengatakan, konsep acara setiap tahun nya dilakukan serupa. Namun, tahun ini beberapa kegiatan dibuat sedikit berbeda dari biasanya.
“Secara konsep, Syukur Waktu masih tetap, dari yang ke-1, ke-2, sampai yang ke-13 ini, yaitu sebagai sebuah bentuk rasa syukur para seniman Tasikmalaya dalam sebuah proses Cipta Karsa dan Karya dalam berkesenian,” ucap Ashmansyah atau yang akrab disapa Acong.
Menurut Acong, sebuah wujud rasa syukur tidak bisa disampaikan hanya dengan kata Alhamdulillah, melainkan perlu disampaikan dan diaplikasikan secara riil dalam sebuah karya.
“Kita diberi kesempatan hidup itu diaplikasikan melalui karya, sehingga Syukur Waktu ini lebih cenderung kepada wujud rasa syukurnya para seniman dengan bentuk karya,” lengkapnya.
Adapun tema Syukur Waktu tahun ini yakni “Pentas Karya Sang Bintang”.
“Sebuah karya itu adalah sebuah cerita yang dirangkai oleh para seniman melalui musik, seni rupa, sastra, teater, dan yang lain-lainnya. Kalau itu diulang-ulang oleh masyarakat, maka akan melahirkan sebuah kebudayaan masyarakat,” pungkasnya. (Ayu Sabrina)