TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kemiskinan dan permukiman kumuh hingga rusak bagai mata uang yang tak terpisahkan. Masalah klise ini masih membekap Kota Tasikmalaya.
Di Kecamatan Tamansari, tepatnya di Kelurahan Tamansari, Kampung Sinargalih, RT 1 RW 7, masih terdapat rumah panggung, rumah duduk, hingga rumah yang tidak layak huni (rutilahu).
Di rumah berukuran 4 meter X 6 meter, Karnadi (70) bermukim. Di sana ia tinggal bersama anak yang telah berkeluarga.
Baca Juga:Pemkab Ciamis Diminta Transparan Soal Penyaluran Dana HibahCuking, Eks Ketua NPCI Jabar Asal Ciamis Ditahan Kejati Akibat Dugaan Penyelewengan Dana Hibah Rp 122 Miliar
”Di dieu sadaya ngiuhan da teu aya deui (Kami berbagi ruang karena memang yang ada sekarang hanya ini, red),” katanya kepada Radar, Senin 28 Oktober 2024.
Atap rumah yang sudah rusak, diganjal menggunakan terpal berwarna biru.
Kayu-kayu penopangnya, sudah rapuh termakan usia. Terpal itu bahkan diakui keluarga didapatkan dengan cara berhutang dari toko terdekat.
Berdasarkan pantauan Radar di lokasi, sesekali terdengar suara patahan kayu dari penopang atap itu.
Tapi tak hanya itu. Saonah (65) sang istri bercerita, bahwa kondisi tersebut sudah berlangsung setahun terakhir.
Ia mengaku tidak pernah bisa tertidur tenang saat berteduh di rumah yang sudah dihuni selama 30 tahun itu.
“Atos setahun lebih sapertos kieu, ah tara raos we kulem oge da sieun bisi rugrug. Komo pami hujan atos we rembes kadieu kanu putra (Sudah setahun lebih seperti ini, ah tiidak pernah nyenyak tidur juga tahun roboh. Apalagi kalau hujan airnya masuk bahkan ke bangunan sebelah punya anak saya, red),” papar Saonah.
Ia dan suaminya menyaksikan transformasi rumah yang berawal dari rumah panggung, menjadi rumah duduk, hingga saat ini.
Baca Juga:MAKLUMAT EYANG!!TPP Pegawai Pemkab Ciamis Sering Telat, Tokoh Pemuda Usul Pemerintah Lakukan Penyesuaian Anggaran
Sebelum akhirnya bolong, Saonah mengatakan kerusakan diawali dengan patahnya kayu-kayu penopang rumah akibat diterpa getaran gempa, longsor, hingga hujan besar, yang membuat kondisi rumah semakin parah. Begitupun dengan genteng yang mulai bocor.
Karnadi sangat ingin rumahnya direnovasi. Namun, sebagai petani dan buruh perbaikan selokan, ia merasa tak mampu untuk menjadikan rumahnya layak huni.
Sejak lama, ia sudah mendambakan rumah layak huni, yang dijanjikan para politisi yang sempat menengok rumahnya ketika masa kampanye.